Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Pedagang Lokbin Pasar Minggu: Kuncinya Jangan Ada Pedagang Liar

Haufan Hasyim Salengke
21/4/2018 17:42
Pedagang Lokbin Pasar Minggu: Kuncinya Jangan Ada Pedagang Liar
(MI/Haufan Hasyim Salengke)

JUMINEM, 53, mengaku gembira telah difasilitasi dan disediakan tempat berdagang yang representatif di lokasi binaan (lokbin) Pasar Minggu, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebelum di lokbin, warga kelahiran Solo, Jawa Tengah itu mengaku saban hari mengais rizki dengan berdagang buah di pinggir jalan atau trotoar di sekitar area Pasar Minggu.

"Alhamdulillah pemerintah memikirkan kita, tentu kita senang dikasih tempat seperti ini," ujarnya kepada Media Indonesia, Sabtu (21/4).

Ia mengaku biaya sewa tempat Rp150 ribu--sudah termasuk iuran BPJS--per bulan yang ia bayar melalui debit Bank DKI cukup ringan.

Berdasarkan pantauan Media Indonesia, lokbin Pasar Minggu--baik Blok A yang khusus menjual buah), Blok B khusus sayur-mayur dan rempah, dan Blok C yang menjual kuliner itu sudah tertata rapi dan terhitung moderen.

Namun ia mengaku jumlah pembeli di lokbin itu kurang, tidak selaris kalau berdagang di pinggir jalan. Karena itu ia meminta pemerintah untuk menertibkan pedagang liar supaya warga belanja ke lokbin. "Kalau buah kan orang iseng istilahnya, lagi jalan gitu liat ya mampir. Kalau di sini (lokbin) kalau nggak butuh sekali ya ga ada yang masuk (datang)," kata Juminem.

Pedagang jeruk, avokado, belimbing, jeruk bali, jambu merah, dan nangka, itu berharap penataan tempat berjualan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta semakin menstimulus orang untuk belanja di lokbin.

"Ibu pengennya pemerintah terus mempromosikan tempat ini agar ramai. Kan mereka yang lebih tau caranya kan," tukasnya.

Hingga tiga hari ini dagangan Juminem yang ia beli di Pasar Induk Kamat Jati belum semuanya ludes. "Belanja jambu merah 30kg, belimbing 20kg, avokado 40kg sudah tiga hari ini belum habis terjual," kata dia.

Ia mengaku transaksi rata-rata Rp300-400 ribu per hari. Sementara dulu ketika berjualan di pinggir jalan atau trotoar transaksi bisa Rp700-800 ribu per hari. "Kadang-kadang lebih sejuta dapat."

Pedangang lainnya, Rahmat, 48, warga Pasar Minggu keturunan Sukabumi, Jawa Barat, lokbin Pasar Minggu sudah bagus, nyaman, dan representatif setelah direnovasi oleh Pemprov DKI Jakarta. Lantai yang dulu tanah kini dilapisi keramik dan kayu diganti besi.

"Ramai sekarang alhamdulillah. Yang penting jangan ada pedagang liar di luar. Kuncinya itu. Ini pasti ramai menurut saya," kata Rahmat, yang menjual pisang.

Ramai enggaknya tergantung dengan pedagang liar. Selagi itu tidak diatasi, kata dia, maka para pedagang di lokbin sangat susah untuk maju. Dalam sehari ia mengaku bisa membukukan transaksi Rp800 ribu-Rp1 juta.

Walaupun terletak di pojok atau di di area paling belakang Pasar Minggu, Rahmat menilai lokbin ini sudah cukup strategis sekarang setelah direnovasi ditata. Hal itu karena akses masuk ke sana tidak hanya dari dua pintu seperti dulu.

Berbeda dengan Rahmat dan Juminem yang menempati Blok A, seorang pedagang sayur dan rempah di Blok B mengaku tingkat jumlah pembeli di sana belum bergairah karena mereka kalah oleh pedagang di depan pasar.

"Ini kan posisinya jauh dari jalan utama. Kalau di depan ada yang jualan pembeli belum tentu ke mari," kata dia.

Karena itu, biasanya setelah lokbin tutup menjelang magrib, pedagang yang tidak berkenan memberikan identitasnya itu mengaku ia berjualan ke area depan pasar untuk menutupi kekurangan transaksi penjualan. (OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anata
Berita Lainnya