Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEJAK Kamis (12/4) pagi, lokasi tanah kosong di samping Hotel Pharmin, Jalan Jati Baru Kav 35 Tanah Abang, Jakarta Pusat, mendadak lebih ramai ketimbang hari-hari biasa. Puluhan mobil membuka kap belakangnya untuk berju alan belbagai jenis barang.
Di bagian tengah kebanyakan didominasi penjual berbagai jenis pakaian. Di bagian pinggir ada kios-kios makanan dan berbagai jenis barang lainnya.
Semua jenis barang tersebut kebanyakanya, dijual oleh warga perantauan dari daerah Tasikmalaya, Jawa Barat. Oleh karena itu, pasar tersebut diberi nama Pasar Tasik.
Semula, Pasar Tasik menempati area dekat Stasiun Tanah Abang yang dikenal dengan istilah Lokasi Bongkaran. Area ini tidak boleh lagi untuk berjualan lantaran ada sengketa dengan PT KAI.
Ratusan pedagang dari lokasi Pasar Tasik lama, menurut Pengurus Persatuan Pedagang Pasar Tasik, Rizal, lalu pindah ke area baru di dua titik. Yakni di Kebon Jahe, dekat Flyover Cideng menempati tanah kosong seluas sekitar dua hectare. Area ini dihuni sebanyak sekitar 700 orang pedagang.
Serta area tanah kosong seluas sekitar 2.600 meter persegi di sebelah Hotel Pharmin, atau di belakang Halte Bus Pharmin di Jalan Jati Baru. Saat ini lokasi tersebut ditempati sekitar 50 orang pedagang.
"Di dua lokasi ini pedagang lebih aman, tidak akan diusir-usir karena kami menyewanya dari tanah milik pribadi. Untuk yang di Jati Baru, ini tanah milik seorang jenderal. Tapi saya tidak bisa sebut identitas dan berapa sewanya," tutur Rizal, Kamis (12/4).
Terhadap para pedagang di area Jati Baru, menurut Rizal, pihak pengurus akan menarik biaya sewa bulanan sejumlah Rp3 juta per orang per bulan. Sedangkan di area Kebon Jahe ditarik biasa sewa Rp10 juta per pedagang pe bulan.
"Untuk yang di Kebon Jahe, pasarnya baru mulai dibuka hari ini, Kamis (12/4). Untuk yang di Jati Baru sudah mulai beroperasi empat kali ini. Jadi belum ada yang ditarik biaya sewa, masih harian saja," kata Rizal.
Pasar Tasik di dua lokasi baru itu, menurut Rizal beroperasi dua kali dalam sepekan. Yakni tiap hari Senin dan Kamis. Pasar beroperasi sejak pagi hingga sekitar pukul 12.00 WIB.
Anton, 34, salah seorang pedagang, mengaku sudah tiga kali ini berjualan pakaian di lokasi Pasar Tasik baru. Ia belum tahu akan ditarik ongkos sewa berapa banyak. Sementara ini ia baru membayar biaya harian sebesar Rp50 ribu per hari. Biaya tersebut dibayarkan pada pengurus persatuan pedagang.
Sebelumnya, Anton berjualan di lokasi bongkaran selama sekitar dua tahun. Di lokasi lama ia bisa mendapatkan hasil antara Rp1,6 juta hingga Rp2 juta per hari. Kondisi di lokasi bongkaran, katanya lebih ramai dari lokasi baru.
"Kalau sekarang jauh lebih sepi. Pembeli yang kesini masih sedikit. Saya baru tiga kali berjualan disini paling banyak hanya dapat Rp1 juta per hari," kata Anton.
Umar,38, pedagang lainnya mengeluhkan hal yang sama, sepi pembeli di lokasi baru. Akan tetapi sewa yang dibayarkan pada pengurus pedagang relative lebih kecil disbanding di lokasi lama.
"Di lokasi lama, awal masuk untuk jualan di daerah itu saya mesti bayar Rp 25 juta. Lalu biaya sewa per bulan Rp 2 juta. Kalau di lokasi baru ini belum tahu meski bayar berapa karena ini baru," tutur Umar.
Ridho, pedagang lainnya mengatakan, di lokasi bongkaran tiap pedagang harus membayar antara Rp 20 juta hingga Rp 40 juta di awal, tergantung di lokasi yang dimintanya. Lalu tiap bulan membayar sewa Rp2 juta per bulan.
"Yang uang di awal itu saya anggap uang hilang saja. Cuma kalau di lokasi lama lebih ramai. Tiap kali jualan bisa dapat paling banyak sampai Rp18 juta. Kalau di lokasi baru ini sepi sekali, kurang dari Rp1 juta tiap kali jualan," kata Ridho. (A-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved