Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
PINTU Hari Hari Pasar Swalayan tak henti-hentinya terbuka-tertutup. Swalayan di Jalan Peta Selatan, Kalideres, Jakarta Barat, itu tampak ramai, tapi bukan oleh pembeli. Mereka yang datang kebanyakan ialah pengungsi asal Sudan, Somalia, dan Afghanistan. Tujuannya satu, menumpang mandi atau buang hajat.
Di toilet umum Hari Hari Pasar Swalayan terpampang tulisan berbahasa Inggris, 'Don't take a bath. Only for customer Hari Hari Supermarket'. Kendati demikian, Media Indonesia berpapasan dengan seorang gadis muda berparas Timur Tengah yang sedang mengeringkan tubuh menggunakan handuk saat mencoba masuk ke WC tersebut.
Sesekali tampak petugas keamanan menegur para pengungsi. Kendati demikian, petugas keamanan Hari Hari Pasar Swalayan memilih mengaku tidak tahu-menahu soal hal ini.
"Oh kalau itu kita tidak tahu. Itu kan WC yang dikhususkan bagi costumer pasar swalayan," tutur salah seorang petugas keamanan.
Tak jauh dari sana, kejadian serupa juga terlihat pada sebuah WC umum.
"Pengungsi sering buang air kecil, buang air besar, cuci baju, dan mandi. Selain di sini, juga di WC Hari Hari Pasar Swalayan di ujung sana," kata salah seorang pemilik WC umum di sekitar trotoar Jalan Peta Selatan.
Perkara mandi, buang hajat, dan urusan mencuci pakaian dan keperluan sehari-hari, tampaknya menjadi persoalan yang paling mencuat. Para pengungsi memiliki sejumlah alternatif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar itu.
Yang paling terdekat dari pusat kerumunan mereka ialah sebuah WC umum yang letaknya agak menjorok dari trotoar. Di sana terdapat tiga bilik kamar mandi yang kondisinya mengenaskan.
Air keran dibiarkan mengalir begitu saja karena kepala keran air yang copot. Cat temboknya pun telah mengelupas. Untuk buang air kecil dan besar pengungsi membayar Rp2.000, untuk mandi Rp5.000, dan untuk cuci baju Rp2.000.
"Ya, kami biasanya gunakan WC umum berbayar. Di pagi hari dan malam hari antrean bisa sampai 2 jam hanya untuk mandi. Kadang warga yang ingin buang air harus didahulukan ketimbang kami," kata Najibullah, 28, pengungsi asal Afghanistan.
Najib mengeluhkan kualitas air di sana pun tidak bersih. Meski demikian, ia mengaku tidak punya pilihan lain, selain mengantre di WC berbayar itu.
Antrean biasanya dimulai pukul 07.00 atau pukul 07.30. "Mengantre di jam segitu bisa dapat giliran pukul 09.00 atau 10.00," kata Najib yang sudah tinggal di Jakarta 5 tahun bersama istri dan anaknya. (Yanurisa Ananta/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved