Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
KEHADIRAN ratusan pengungsi yang mengokupasi Jalan Peta Selatan, Kalideres, Jakarta Barat, dinilai warga sangat mengganggu. Para pengungsi yang hidup di atas trotoar di sekitar Rumah Detensi Imigrasi selama berbulan-bulan itu kerap mengakibatkan kemacetan sepanjang hari.
Kemarin pagi, sebagian pengungsi duduk-duduk di trotoar pertokoan kawasan tersebut. Sebagian lainnya berbaring. Menjelang siang, arus kendaraan di sepanjang 300 meter Jalan Peta Selatan tersendat.
Berdasarkan pantauan Media Indonesia, selain karena pengaruh adanya pertigaan jalan, kemacetan itu disebabkan para pengungsi yang berjalan memadati di bahu jalan.
Mustafa, Ketua RT 007 RW 011 Kelurahan Kalideres, mengaku warga sudah sejak lama mengeluhkan hal itu. Namun, atas dasar rasa kemanusiaan, warga urung mengajukan protes atas keberadaan mereka. Padahal, warga yang semula iba sudah mulai jengkel dengan perilaku para pengungsi.
"Awalnya kami merasa kasihan. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan sebagai manusia kami saling menghormati. Tapi lama-kelamaan bukan malah berkurang, jumlahnya makin bertambah. Dari rasa kasihan sampai menyebalkan dan membosankan," jelas Mustofa saat ditemui di area trotoar pengungsian tepat di depan Rumah Detensi Imigrasi Jakarta Barat, kemarin.
Keluhan yang tercatat olehnya datang dari warga RT 010/01, RT 07/011 dan RT 06/03. Pada pagi hari, ujarnya, anak-anak yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki kesulitan melintas karena trotoar dipadati para pengungi. Mereka pun harus turun ke bahu jalan untuk melintas.
Selain itu, para pengungsi dinilai warga tidak menjaga kebersihan dengan membuang sampah sembarangan dan buang air sembarangan. "Mandi, cuci baju, dan buang air besar biasanya mereka di WC-WC milik masyarakat tanpa permisi. Sering juga di masjid dan musala. Pagi, siang sore, dan malam," paparnya.
Namun, warga pun kesulitan untuk berkomunikasi dengan para pengungsi sehingga keluhan mereka atas kondisi itu tidak bisa tersampaikan. "Kalau dimarahin, mereka tidak mengerti bahasa kita," imbuh Mustofa.
Mustofa berharap Pemkot Jakarta Barat segera membenahi hal ini. Ia mengaku, pertemuan membahas soal ini sudah sudah digelar berkali-kali di tingkat kelurahan dan kecamatan. Namun, tidak ada hasil.
Sementara itu, wajah jalan protokol Peta Selatan kian berantakan. "Kami, warga, ingin sekali hal ini cepat-cepat direspons. Jangan datang lagi, datang lagi. Kalau datang lagi, kita bisa lebih brutal lagi," tutupnya. (Aya/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved