Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
RENCANA Ridwan Julius, 44, melepas masa lajang, tak berkesampaian. Dia menjadi salah satu korban kebakaran di Jalan Pademangan II Gang 26 RT 07 RW 002, Kelurahan Pademangan Timur, Pademangan, Jakarta Utara, Sabtu (17/2).
Dua korban lainnya ialah Tjung Tjai Tjin, 71, dan Angeline Alva Liuz, 17. Ketiga korban yang tinggal bersama gagal diselamatkan petugas pemadam kebakaran lantaran seluruh akses masuk ke rumah tertutup terali besi.
Rumah berterali besi seolah wajar bagi warga Jakarta. Faktor keamanan menjadi alasan. Tidak jarang warga memasang terali besi untuk menutup akses masuk orang jahat yang berniat merampas harta benda mereka.
Sering karena terlalu memikirkan faktor keamanan, pemilik rumah malah melupakan faktor keselamat-an diri dari ancaman alam atau api sebagaimana peristiwa yang menimpa keluarga Ridwan Julius.
Petugas pemadam kebakaran akan kesulitan mengevakuasi orang yang rumahnya dibentengi terali. Terlebih, jika korban sedang tidur di malam hari tanpa sadar rumahnya terbakar.
Kediaman Ridwan terbakar diduga karena hubungan arus pendek listrik pada pukul 04.30 dini hari. Ketiga korban sedang terlelap pada saat kejadian dan tidak berhasil menyelamatkan diri ketika api sudah membesar.
Pihak dari luar juga tidak bisa membantu penyelamatan karena semua jalan masuk terkunci rapat.
Rumah berterali tersebar di seluruh Jakarta. Konsumen yang butuh rumah kos atau kontrakan juga lebih senang tinggal di tempat seperti itu dengan alasan keamanan. Arsy, 27, warga yang indekos di Kwitang, Jakarta Pusat, mengatakan faktor keamanan syarat nomor satu baginya dalam mencari tempat kos.
Di kosannya sendiri, setelah ada pagar, rumah juga dilengkapi pintu gerbang besi sepanjang lima meter yang menutupi seluruh bagian ruang masuk. Di balkon lantai dua rumah seluruhnya dipasang terali yang tertutup permanen.
"Ingat peristiwa di Pademangan itu, bingung juga ya. Satu sisi kita ingin keamanan terjaga. Namun, kalau ada kebakaran, mungkin susah bagi petugas untuk memadamkan api. Berdoa saja semoga tidak ada kebakaran. Saya juga tidak bisa apa-apa karena ini rumah punya pemilik kosan," cetus Arsy kepada Media Indonesia, kemarin.
Di Jakarta Barat, rumah berterali rapat bisa ditemukan di kawasan Tambora, Grogol Petamburan, hingga Cengkareng. Camat Tambora, Djaharuddin menyebut di wilayahnya pun terdapat ratusan bangunan dengan terali.
Rumah berterali di kawasan Tambora cukup banyak. Beberapa rumah dalam kondisi sama, tertutup terali dan pintu besi. Kebanyakan rumah seperti itu merupakan rumah toko yang juga dijadikan tempat tinggal olek pemiliknya.
Trauma
Padahal, rumah-rumah itu berada di kawasan permukiman padat penduduk yang dihiasi kabel-kabel listrik menjuntai di balkon lantai atas. Ancaman korsleting listrik bisa terjadi setiap saat.
Djaharuddin mengatakan pihaknya gencar memberikan sosialisasi kepada warga yang pintu rumahnya masih dilapisi terali permanen. Sosialisasi dilakukan menyusul beberapa kali peristiwa kebakaran di Tambora yang menewaskan penghuni.
Lie Pie, 58, warga Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, mengaku membuat terali besi pada pintu dan jendela untuk menjaga keamanan karena trauma dengan Tragedi Mei 1998 yang mengancam nyawanya dan keluarganya.
Saat itu, ia pengantin baru dan nyaris saja menjadi bulan-bulanan massa ketika sejumlah orang tak dikenal melakukan aksi anarkis di rumahnya. Untungnya pintu besi di rumahnya berhasil menghalangi massa masuk ke rumah.
Rumah Lie Pie terdiri dari tiga lantai yang masing-masing dilindungi tembok beton dengan satu akses masuk.
"Kunci terali memang saya taruh dekat pintu. Saya juga duplikat kunci banyak," cetusnya.
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta Subejo tidak menampik banyak rumah di Jakarta berterali. Terutama, di wilayah home industry maupun konveksi di Jakarta Barat.
"Mereka mengutamakan security ketimbang safety. Di tiap wilayah ada. Mungkin yang cukup banyak di wilayah Jakarta Barat yang banyak tempat industri dan konveksi," tandas Subejo.
Secara normatif, tidak ada aturan yang melarang pemilik rumah memasang terali karena bagian dari upaya masyarakat menjaga keamanan diri. Namun, Subejo mengimbau masyarakat juga harus paham pen-tingnya mempermudah akses petugas pemadam kebakaran bila kebakaran terjadi.
"Silakan membuat terali, tapi ja-ngan bersifat mati. Sebaiknya dibuat juga terali yang mudah dibuka dan pastikan kuncinya gampang dijangkau," katanya. (J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved