Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
DONY Kusuma, 40, hingga saat ini belum juga bisa mewujudkan niatnya membuat surat izin mengemudi (SIM) C di Kantor Polrestro Kota Bekasi. Padahal, upayanya membuat SIM sudah dilakukannya sejak pertengahan 2017 silam.
Namun, informasi dicopotnya Kepala Satlantas Kota Bekasi Ajun Komisaris Besar I Nengah Adi Putra membuatnya memiliki harapan baru. "Semoga dengan kepala yang baru, pengurusan SIM sekarang jadi bersih tanpa pungli," ujar Dony.
Ia pun menceritakan pengalaman yang dialaminya pada Juni 2017 lalu saat ia akan membuat SIM di Kantor Polrestro Bekasi. Belum juga standar sepeda motor diturunkannya, ia sudah dirubungi sekawanan calo.
Awalnya, Dony tertarik dengan tawaran para calo. Sebagai seorang pegawai di sebuah perusahaan, ia tak punya waktu untuk mengurus pembuatan SIM dengan jalur resmi.
"Calo itu menawarkan SIM jadi dalam satu hari. Ini yang menjadi daya tarik bagi karyawan seperti saya," ujarnya.
Namun, begitu mendengar harga yang ditawarkan, ia pun terkaget-kaget. Dari harga normal Rp100.000, ia diketuk Rp650 ribu untuk SIM C.
"Ditawar pun enggak bisa, ya mending enggak jadi saja. Gila, naik enam kali lipat!" ujarnya.
Akhirnya, ia pun memilih berkendara dengan cara untung-untungan saat ini ketimbang punya SIM. "Arti untung-untungan itu, semoga enggak ketemu razia polisi di tengah jalan, hahahaha," selorohnya.
Peristiwa yang hampir sama juga dialami Ahmad, warga Mutiara Gading, Bekasi. Ia menduga calo SIM di wilayah Kota Bekasi seperti sengaja dipelihara. Dugaannya itu berangkat dari praktik calo yang dengan terang-terangan menawarkan jasa di lingkungan Kantor Polrestro Kota Bekasi.
"Tidak tanggung-tanggung. Mereka menawarinya berantai, tidak hanya satu-dua orang. Sebelum kita dengan tegas bilang enggak, mereka akan terus membuntuti kita sampai ke dalam," tandas Ahmad. (Gana Buana/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved