Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
AHLI konstruksi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Iwan Suprijanto, menjelaskan, bangunan teknis dalam artian bangunan bertingkat, terutama yang ada di kota-kota besar seperti di DKI Jakarta, seharusnya sudah didesain tahan terhadap gempa sesuai zona yang berlaku.
"Di DKI sudah ada Tim Ahli Bangunan Gedung (TBIG) untuk memastikan seluruh bangunan, apalagi bangunan bertingkat, sudah memenuhi peraturan dan perundangan termasuk Undang-Undang Bangunan Gedung," kata Iwan kepada Antara, Jumat (26/1).
Iwan, yang juga menjabat Direktur Bina Penataan Bangunan Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR, mengatakan, struktur bangunan teknis biasanya sudah memperhitungkan 2 sampai 2,5 kali zona gempa. Dengan demikian, penghuni bangunan bertingkat di DKI, apalagi yang bertingkat banyak, tidak perlu khawatir meskipun bangunan itu bergoyang saat terjadi gempa.
Menurut dia, Pemprov DKI perlu memberikan sosialisasi dan edukasi kepada warganya agar tidak panik saat terjadi gempa di gedung berlantai banyak, termasuk sampai berbondong-bondong melakukan evakuasi untuk keluar dari gedung.
"Mungkin bisa meniru masyarakat Jepang, saat terjadi gempa justru berlindung di bawah meja atau perabotan keras lainnya tujuannya agar tidak tertimpa benda keras seperti langit-langit, lampu, tutup AC, dan lain sebagainya," terangnya.
Iwan mengingatkan, sifat struktur beton yang fleksibel membuat bangunan bergoyang, justru hal tersebut aman karena bangunan tersebut mengikuti arah gempa, yang dikhawatirkan justru interior bangunan seperti lampu, hiasan gantung, yang luput memperhitungkan zona gempa.
Sedangkan bangunan bukan teknis, lanjut dia, banyak dijumpai seperti rumah-rumah penduduk, terutama di daerah yang pengendalian IMB-nya rendah, sehingga wajar saat terjadi gempa banyak di antaranya yang mengalami kerusakan.
Iwan menambahkan, pemerintah daerah yang masuk dalam zona gempa aktif seharusnya lebih ketat dalam melakukan pengawasan bangunan baik teknis maupun bukan teknis. Tujuannya untuk menghindari terjadinya korban.
Menurut dia, saat ini banyak inovasi konstruksi tahan gempa baik yang dikembangkan swasta maupun Litbang Bangunan Kementerian PUPR seluruhnya sudah teruji baik dari segi kekuatan maupun nilai ekonomisnya.
Salah satunya yang sudah banyak diadopsi di Provinsi Sumatra Barat dan Aceh ialah Konstruksi Sarang Laba-Laba yang patennya dipegang PT Katama, bahkan konstruksi karya anak bangsa ini sudah dikembangkan untuk penggunaan lapangan udara.
Meski demikian, kata Iwan, apa pun konstruksi yang akan dipilih untuk daerah gempa penting untuk melakukan penguatan tanah sebelumnya. Kemudian yang juga harus diperhatikan ialah penguatan pada struktur di atasnya.
Iwan mengatakan, investasi awal untuk bangunan tahan gempa memang sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan bangunan konvensional. Akan tetapi juga harus dilihat pemeliharaan jangka panjang. Kalau semua itu diperhitungkan konstruksi tahan gempa justru lebih murah.
Sedangkan ahli gempa yang juga Ketua Harian Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sarwidi, mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah gempa agar lebih mengenal fenomena alam ini yang memang lebih sulit diprediksi daripada bencana banjir, longsor, maupun angin kencang.
Sarwidi mengatakan, banyak masyarakat yang mendesain bangunannya seperti di Eropa berdinding tebal dan atap genteng. Padahal di Eropa jarang terjadi gempa. Seharusnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah gempa memilih bahan bangunan yang ringan baik untuk dinding mapun atap.
Ia mengakui konstruksi sarang laba-laba memang didesain untuk bangunan tahan gempa, tetapi peruntukannya pada bangunan bertingkat. Sedangkan untuk rumah tinggal biasa cukup dilakukan penguatan agar lebih tahan gempa.
"Jadi ada beberapa pilihan bagi bangunan di daerah gempa, pertama dilakukan penguatan apabila bangunan sudah terlanjur berdiri. Kemudian untuk bangunan baru dapat mengadopsi teknologi yang sudah ada. Kami ada beberapa teknologi tahan gempa dan sudah teruji untuk bangunan rumah tinggal," terang Sarwidi.
Salah satunya ialah Barrataga atau dikenal sebagai Sistem Rumah Tahan Gempa yang dikembangkan saat gempa melanda Yogyakarta di waktu lalu. Desainnya sudah teruji sangat cocok diterapkan di rumah-rumah penduduk di daerah gempa, jelas dia.
Ia mengatakan, pentingnya bagi pemerintah daerah yang berlokasi di daerah gempa aktif untuk melakukan penegakan hukum terhadap bangunan terutama untuk bangunan-bangunan baru agar tetap aman saat terjadi gempa. (OL)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved