Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Harga Pakan dan Spekulan Jadi Persoalan

(DA/J-1)
17/5/2017 00:45
Harga Pakan dan Spekulan Jadi Persoalan
(Pekerja kelompok nelayan Keramba Jaring Apung (KJA) memeriksa jaring keramba di Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu, Kamis (10/11/2016).. MI/GALIH PRADIPTA)

BERKEMBANGNYA usaha budi daya ikan kerapu lewat keramba jaring apung (KJA) di Kepulauan Seribu bukannya tanpa kendala. Tidak stabilnya harga pakan dan keberadaan spekulan masih menjadi masalah utama yang dirasakan petani. Mamat, 50, petani KJA di Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu, mengutarakan tidak stabilnya harga pakan berupa ikan selar dan pelet membuat para petani harus bersiasat dalam berusaha. Jika salah perhitungan, ikan-ikan kerapu di keramba mereka bisa mati kelaparan akibat kehabisan pakan.

Setiap hari, dibutuhkan sekitar 100 kg ikan selar untuk pakan ribuan ikan kerapu di kerambanya. Sementara itu, di saat normal, ia membeli dengan harga Rp3.000 per kilogram. Namun, pada waktu tertentu dapat menembus Rp12 ribu per kilogram. “Untuk pakan, biasa pakai ikan selar yang dipotong kecil-kecil. Kalau pertumbuhan mau bagus, pakai ikan selar,” kata dia, Minggu (14/5). Jika menggunakan pelet, lanjut Mamat, dibutuhkan kurang lebih 70 kg setiap harinya. Meski dengan jumlah lebih sedikit, harga pelet terbilang mahal, mencapai Rp20 ribu per kilogram. Para petani keramba biasa menyimpan pakan pelet untuk mengantisipasi jika ketersedia­an ikan selar sulit didapat.

“Pelet buat jaga-jaga saja kalau ikan selar lagi kosong. Harga ikan selar dari November 2016 sampai Maret 2017 lagi mahal, sampai Rp12 ribu per kilogram,” ujarnya.
Siasat pun mulai dijalankan. Para petani keramba pun membeli mesin pendingin untuk menyimpan ikan selar. Dengan alat tersebut, ikan masih layak pakai sebagai pakan hingga 15 hari. “Akan tetapi, pakai freezer listriknya boros. Karena itu, kita menyimpannya enggak mau terlalu lama,” keluhnya.

Ahmad, 35, petani keramba lainnya, juga mengeluhkan harga jual ikan kerapu yang tidak stabil akibat permainan spekulan. Para spekulan menekan habis harga beli dan kembali menjualnya dengan harga tinggi. Saat panen ikan, biasa­nya pengepul datang ke keramba untuk menjemput hasil panen. “Selasa (16/5) pengepul menghargai kerapu macan Rp120 ribu per kilogram. Akan tetapi, pas mau panen, sekarang ditawar Rp100 ribu. Padahal, orangnya sama,” ketus Ahmad. Karena itu, ia berharap adanya kebijakan Pemprov DKI yang bisa melindungi para petani keramba dari incaran spekulan. “Kalau besok Pak Ahok kemari, saya mau sampaikan itu,” ujarnya. (DA/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya