Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Kereta Terlambat sudah Biasa

MI
08/5/2015 00:00
Kereta Terlambat sudah Biasa
(Dok.Instagram)
'BIASANYA... kereta terlambat, 2 jam itu biasa'. Potongan lirik lagu Kereta Tiba Pukul Berapa yang dinyanyikan Iwan Fals dalam album Sumbang yang dirilis pada 1983 itu tetap relevan hingga kini.

Selasa (28/4) sekitar pukul 18.10 WIB terlihat ratusan penumpang KRL arah Depok dan Bekasi berjejer menunggu antrean di sepanjang peron Stasiun Manggarai dengan berharap-harap cemas dan lelah.

Deretan kursi panjang besi yang berada di sepanjang peron tak mampu menampung penumpang KRL yang kian lama semakin berdatangan. Penumpang terpaksa berdiri sambil membawa barang bawaan. Ada yang melantai di bawah stasiun karena lelah berdiri. Ada yang membunuh kebosanan dengan mengobrol bersama rekan atau mendengarkan musik dari gadget mereka.

Dua puluh menit berlalu kereta tujuan Bogor dan Depok belum juga terlihat. Padahal jarak waktu normal KRL selalu datang setiap 10 menit sekali. KRL tujuan Bogor dan Depok tersebut masih berada di Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat.

Saat kereta tiba pukul 18.28, KRL tujuan Bogor tiba di jalur 6. Calon penumpang pun berebut masuk, dan tidak lama seluruh gerbong penuh.

Penumpang yang sudah sejak tadi menunggu tidak semuanya terangkut. Puluhan penumpang pun memutuskan untuk menunggu kereta berikutnya tiba.

Ramona, 25, salah seorang penumpang, mengaku sudah hafal betul jadwal kereta yang biasa ia tumpangi. Menurutnya, kereta di Stasiun Manggarai sudah biasa mengalami keterlambatan apalagi di jam sibuk. Dia yang biasanya tiba di stasiun pukul 18.00 terbiasa menunggu sampai 30 menit jika kereta terlambat datang.

''Kalau kereta datang telat, itu biasa. Kalau lancar, apalagi di jam sibuk, itu yang luar biasa,'' ujarnya.

Meskipun pada jadwal baru kedatangan kereta tiba setiap 10 menit sekali, kereta paling cepat datang setiap 15 menit sekali.

Penumpang lain, Dimas, 26, mengatakan pelayanan pengelola stasiun masih minim untuk menyenangkan hati penumpang yang dongkol atas keterlambatan kereta.

Antrean pembelian tiket di loket masuk masih panjang, fasilitas toilet sangat jauh dari pintu masuk, dan tempat duduk penumpang tidak memadai.

''Kalau kita harus nunggu kereta, paling tidak harus ada fasilitas yang nyaman buat penumpang nunggu,'' katanya.

Sementara itu, pantauan di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, calon penumpang masih mengaku nyaman menunggu di stasiun.

Arus hilir mudik penumpang masih terbilang tertib. Belakangan, pintu keluar masuk Stasiun Tanah Abang dibuat terpisah untuk menghindari kesemrawutan stasiun saat penumpang keluar-masuk.

Kepala Stasiun Tanah Abang, Jajat, mengatakan penambahan jadwal keberangkatan KRL sejauh ini belum membawa perubahan secara signifikan.

Kepadatan penumpang masih terus terjadi di puncak jam sibuk pada pagi dan sore hari.

''Tapi walau ada di jam sibuk, tidak sampai ada penumpukan di dalam stasiun. Kondisinya masih dapat dibarengi dengan jumlah rangkaian KRL yang beroperasi,'' kata Jajat, Rabu (29/4).

Tidak kentaranya dampak dari kebijakan baru itu, lanjutnya, lantaran Stasiun Tanah Abang merupakan stasiun lintasan dari sejumlah rute perjalanan. Dalam sehari, puncak kepadatan penumpang di Stasiun Tanah Abang mencapai 70 ribu orang.

''Sebenarnya yang banyak terjadi penambahan jadwal perjalanan ialah jalur KRL Bogor-Jakarta Kota dan Bekasi. Untuk jumlah kedatangan dan keberangkatan penumpang tiap harinya bisa dibilang seimbang,'' tambahnya.

Jadi andalan
KRL commuter line saat ini menjadi kendaraan mobilitas andalan kaum urban. Jumlah penumpangnya kian bertambah jika dibandingkan dengan moda transportasi lain dari tahun ke tahun.



Di jalur Bekasi-Jakarta Kota, saat ini rata-rata volume penumpang tercatat sebanyak 109.000 orang. Jumlah itu meningkat ketimbang tahun sebelumnya yang sebanyak 88.500 penumpang. Khusus di Stasiun Kota Bekasi, kurang lebih 30.000 orang setiap harinya berangkat menggunakan KRL.

Tingginya minat pengguna KRL commuter line itu membuat PT Kereta Commuter Jakarta (KCJ) mulai 1 April 2015 menambah jumlah jadwal keberangkatan.

Penambahan jumlah jadwal pun diikuti dengan kenaikan tarif perjalanan. Namun sejatinya, kondisi di lapangan, perubahan pelayanan itu belum dirasakan betul oleh warga.

Nuraini Musyafa, 26, warga Bekasi, mengatakan pelayanan KRL saat ini belum meningkat menjadi lebih baik. Keterlambatan, baik pemberangkatan maupun kedatangan rangkaian kereta, masih sering terjadi.

Menurutnya, seiring dengan penambahan jadwal dan penaikan tarif KRL, seharusnya pelayanan kian lebih baik. Terlebih, kendala terlambatnya perjalanan kereta harus bisa diminimalkan.

Selain itu, para pengguna commuter line di jalur Bekasi-Jakarta Kota pun kerap mengeluh. Mereka merasa pengaturan jadwal kereta tak seperti di jalur lintas Bogor. Di arah Bogor kereta hilir mudik tak putus-putus, sedangkan di jalur Bekasi pergerakan seolah lambat. Kereta sering terlambat dan mengalami kendala.

Di Stasiun Bekasi akan terlihat ramai saat kedatangan rangkaian kereta terlambat. Penumpang menumpuk, berjejer berdiri di sepanjang peron. Bahkan, dengan keterbatasan jumlah tempat duduk tunggu, tak sedikit calon penumpang duduk di tangga peron. Hal itu jelas mengganggu mobilitas penumpang lain yang berlalu-lalang.(DA/KG/Gan/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya