SEEKOR anak lembu yang usianya sekitar 7 bulan tergeletak di dasar danau. Ia masih hidup, tapi terlalu lemah untuk bangkit. Danau di wilayah barat laut Afrika Selatan itu kering kerontang.
Tidak jauh dari situ, sebujur bangkai sapi teronggok di permukaan tanah yang pecah-pecah. Beberapa burung nazar bertengger di sana.
Di dekat perbatasan dengan Botswana, Dam Molatedi yang merupakan dam buatan terbesar di provinsi setempat juga cuma terisi air 5%.
Di padang luas dekat dam, yang sedianya ditumbuhi rumput hijau, ratusan hewan ternak berkeliaran dengan lesu. Yang mereka cari ialah sumber air atau rumput hijau yang mungkin masih ada.
Musim kering nan dahsyat memang tengah melanda Afrika Selatan, kekuatan ekonomi paling maju di ‘Benua Hitam’. Saat itu belum lagi mencapai tengah hari, tapi suhu udara sudah di angka 40 derajat celsius.
Musim kering kali ini disebut-sebut terparah di Afrika Selatan sejak 1982. Kekeringan juga diyakini disebabkan sistem cuaca ekstrem siklus global El Nino.
Di Distrik Madikwe, 30 warga menggelar ritual meminta hujan. Dukun desa Josephine Motsoasele memimpin upacara. Warga mengenakan pakaian tradisional berwarna-warni. Mereka menyanyi sekaligus berdoa bersama-sama dalam bahasa Setswana.
"Tuhan, curahkanlah hujan kepada kami. Kami sudah tidak sanggup lagi berbuat apa-apa," Motsoasele melantunkan doa.
Menurut Lardus van Zyl, ketua Organisasi Produsen Daging Merah, puluhan ribu ternak telah mati atau sengaja dimatikan akibat musim kering. Para peternak bahkan sudah melelang stok sebelum ternak mereka mati kekeringan.
"Menurut pengalaman saya, kondisi ini paling parah. Sebelum ini, ternak-ternak masih bisa hidup meskipun kekeringan," kata peternak McDonald Modise sembari menunjuk seonggok bangkai sapi ternaknya yang mati pada hari sebelumnya.
"Saya akan memasaknya untuk anjing peliharaan saya karena dagingnya sudah tidak layak untuk konsumsi manusia," imbuhnya.
Petani lain, Molemi Modise, bahkan mencemaskan efek kekeringan bakal merembet ke manusia.
"Jika hujan tidak juga turun, saya yakin, orang-orang pun bakal meninggal," ungkapnya.
Efek kekeringan memang dahsyat untuk Afrika Selatan itu sendiri. Namun, efeknya bisa lebih parah untuk negara-negara lain di wilayah selatan kontinen yang biasa mengimpor pangan dari Afrika Selatan.
Karena itu, Menteri Pertanian Afrika Selatan Senzeni Zokwana memperingatkan munculnya bencana regional jika kekeringan masih berlanjut di negaranya.
"Kita sudah melihat ternak mati, tanaman pun layu. Tentu saja kita tidak ingin sampai ada manusia yang meninggal," kata Zokwana.
Adapun hujan, menurut perkiraan badan cuaca, baru akan turun pada Maret tahun depan. (AFP/Wendy Mehari Utami/I-2)