Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
MENETESKAN air mata kerap diartikan sebagai ungkapan sedih atau terharu. Namun, keluarnya tetesan air dari sudut kelopak mata bahkan linangan air mata dapat menjadi tolok ukur bagi seorang politikus.
Pada Kamis (5/1) lalu, saat pidato perpisahan, Presiden AS Barack Obama berkisah tentang korban dari penyalahgunaan senjata. Dengan suara agak terbata, dia tak tahan meneteskan air mata dan menyekanya dengan sapu tangan.
Dengan air mata itu, Obama menunjukkan betapa menyesalnya telah tragedi aksi penembakan yang berulang. Penembakan itu telah merenggut sejumlah nyawa warga sipil. Tragedi itu disebabkan belum adanya peraturan ketat kepemilikan senjata di tangan warga sipil.
Seusai Obama berpidato, publik ‘Negeri Paman Sam’ pun tersentuh. Mereka tergugah oleh pernyataan Obama yang diiringi tangisan. Terkait dengan pidato, Presiden terpilih AS Donald Trump kerap melakuan hal yang sama.
Namun, pernyataan yang dilontarkannya lebih banyak kontroversial. Ucapan pengusaha realestat itu sama sekali tak menyentuh hati publik yang menyimaknya.
Pakar perilaku asal Inggris Judi James mengatakan Trump seharusnya memetik pelajaran dari Obama. Suami Melania Trump itu harus belajar bagaimana cara menangis yang dapat menyentuh publik dari seorang Obama.
“Jika Trump menyertakan tangisan saat pelantikan pada Jumat (20/1) mendatang, masyarakat (AS) akan berbalik cepat tersentuh perasaan terhadapnya,” ucap James.
James memandang Obama sebagai orator ulung. Tak hanya memiliki intonasi dan pilihan kata yang pas, rangkaian kalimat yang diucapkan Obama melibatkan sentuhan perasan serta tetesan air mata sehingga mampu menggugah publik.
Selama menduduki Gedung Putih, Presiden ke-44 AS itu tertangkap kamera menangis sedikitnya 10 kali. Terakhir Obama meneteskan air mata saat pidato perpisahan di Chicago.
James yang menulis buku bertajuk The Body Language Bible itu mengatakan Trump bisa melakukan hal serupa dengan Obama jika dia bisa ‘memeras air mata’ pada saat yang tepat.
Menurutnya, tangisan merupakan salah satu senjata yang luar biasa dari politisi. Oleh karena itu, Trump harus pandai ‘meneteskan air mata’ yang mampu menyingkirkan kekhawatiran terkait dengan jabatannya sebagai pemimpin negara adidaya.
“Tangisan berhubungan erat dengan sifat sesuai dengan tingkat empatinya,” tegas James. (AFP/Deri Dahuri/I-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved