Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Siprus Turki-Yunani Bicarakan Perdamaian di Jenewa

09/1/2017 04:30
Siprus Turki-Yunani Bicarakan Perdamaian di Jenewa
(AFP)

PEMIMPIN Siprus Turki atau Siprus Utara Republik Turki (TRNC) Mustafa Akinci and Presiden Siprus Yunani (Republik Siprus) Nicos Anastasiades hari ini bertemu di Swiss untuk memulai pembicaraan.

Hal ini menjadi momentum bersejarah untuk mengakhiri konflik selama puluhan tahun.

Keduanya, baik Siprus Turki dan Siprus Yunani, mengakui semua isu-isu kunci memang tetap belum terselesaikan, tetapi PBB mendorong ini keluar untuk mendapatkan kesepakatan bersama kedua pihak.

"Ini merupakan kemungkinan nyata bahwa 2017 akan menjadi tahun ketika Siprus, mereka sendiri, bebas memutuskan untuk mengubah lembaran sejarah mereka," kata utusan PBB Espen Barth Eide, kemarin.

Beberapa pengamat percaya bahwa pertemuan di Jenewa bisa menjadi 'bencana' karena pemimpin Siprus Yunani dan Turki masih memiliki perbedaan pendapat yang sangat tajam pada beberapa poin krusial seperti properti, penyesuaian teritorial, dan keamanan.

"Saya akan terkejut jika ada perjanjian komprehensif mengingat tingkat kesulitan yang ada," kata Kepala Pusat Studi Eropa dan Hubungan Internasional Andreas Theophanous.

Siprus mengalami perpecahan sejak 1974, ketika Turki mengerahkan pasukan setelah terjadi kudeta oleh orang-orang Siprus Yunani yang menginginkan pulau itu bergabung dengan Yunani.

Hal yang selalu ingin disepakati dalam kesepakatan damai bahwa beberapa wilayah yang saat ini dikendalikan Siprus Turki akan diserahkan ke kontrol Siprus Yunani.

Dalam pertemuan puncak hari ini, tiga kekuatan penjamin akan dilibatkan yaitu bekas kolonial Inggris, Yunani, dan Turki.

"Saya tidak terlalu berharap ini akan sukses atau gagal, tetapi ini adalah awal dari serangkaian pembicaraan babak final di bawah partisipasi kekuatan penjamin dengan para 'pengamat' yang diundang dari Dewan Uni Eropa dan Dewan Keamanan PBB," kata Hubert Faustmann, profesor sejarah dan ilmu politik di University of Nicosia.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Inggris Theresa May, Sabtu (7/1) menyepakati bahwa pembicaraan Jenewa merupakan kesempatan nyata untuk mengakhiri perpecahan Siprus.

Sementara itu, Anastasiades dan Akinci, masing-masing pemimpin Siprus Yunani dan Turki menjamin bahwa pertemuan di Jenewa akan membawa prospek mencerahkan.

"Kami akan pergi ke Jenewa dalam semangat yang positif, dan untuk mendukung iklim yang konstruktif," kata Akinci. (AFP/Ths/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya