Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Si Bungsu Sempat Merintih Panggil Ayah

05/1/2017 06:35
Si Bungsu Sempat Merintih Panggil Ayah
(DOK KELUARGA ZAFOR ALAM)

PADA 2 September 2015, mata dunia terbelalak dan nurani terasa teriris. Sebuah foto yang memilukan mengisi headline halaman media massa di seluruh dunia.

Dalam foto itu, bocah berusia tiga tahun yang bernama Alan Kurdi tertelengkup tak bernyawa.

Bocah itu anak dari warga Kurdi asal Suriah, yang tergeletak tak berdaya di bibir pantai Laut Mideterania.

Alan ditelan gelombang laut saat dibawa kedua orangtuanya dari Suriah yang sedang berjuang menyelamatkan diri menuju Eropa.

Kini, bocah dengan usia lebih muda mengalami nasib serupa dengan Alan.

Sebuah foto menampilkan seorang bocah berusia 16 bulan tergeletak tak bernyawa di tepian sungai yang berlumpur.

Bocah itu terdampar ke pinggir sungai dengan posisi telungkup.

Bocah yang mengenakan kaus kuning itu bernama Mohammed Shohayet.

Tak berbeda dengan Alan, Mohammed harus meregang nyawa saat bersama ibunya, pamannya, dan kakaknya yang berusia tiga tahun, hendak menyelamatkan diri.

Musibah itu terjadi pada 4 Desember.

Saat itu, sejumlah warga muslim etnik Rohingya berupaya melarikan diri dengan menaiki sebuah perahu kayu milik nelayan Bangladesh.

Mereka hendak menghindari aksi kekejaman tentara Myanmar di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Dengan menaiki perahu, mereka menyusuri aliran Sungai Naf, sungai yang membentang dari wilayah Myanmar menuju Bangladesh.

Namun, belum sempat mereka sampai melintasi daerah perbatasan, sejumlah tentara Myanmar mengetahui perahu tersebut.

Para tentara Myanmar itu pun melepaskan tembakan ke arah perahu itu.

Para pengungsi etnik Rohingya yang berada di atas perahu itu panik dan ketakutan.

Bersamaan dengan rentetan suara senjata, jeritan dan raungan anak-anak dan perempuan terdengar memilukan.

Perahu kayu yang kelebihan muatan itu pun oleng.

Seiring dengan olengnya badan perahu, semua penumpang tumpah keluar.

Para penumpang yang terdiri dari anak-anak, kaum ibu, dan beberapa pria jatuh ke sungai dan ditelan arus air sungai.

Sehari setelah kejadian, ayah Mohammed, Zafor Alam, mencoba mencari informasi tentang keberadaan dua anaknya dan istrinya.

"Saya telepon (keluarga saya) pada 4 Desember saat mereka meninggalkan Myanmar," jelas Alam pada CNN.

Saat itu, Alam masih mendengar jawaban istrinya via telepon.

"Saya masih mendengar suara si bungsu (Mohammed) dengan memanggil 'Aba-aba' (ayah-ayah)," jelas Alam yang kini tinggal di daerah perbatasan Bangladesh.

Tepat pada 5 December lalu, akhirnya Alam mengetahui apa yang terjadi dengan keluarganya.

"Seseorang menelepon saya dan mengatakan mayat anak saya ditemukan tewas. Dia mengambil foto anak dengan telepon dan mengirimkan kepada saya. Saya tak bisa mengatakan apa pun."

"Saya ingin seluruh dunia tahu," ucap Alam.

Namun, sebuah pertanyaan muncul.

Apakah foto tragis Mohammed akan menjadi sorotan dunia sebagaimana foto Alan Kurdi? (CNN/Deri Dahuri/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya