Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
MANTAN pemimpin Hong Kong, Donald Tsang, menjalani persidangan perdananya Selasa (3/1). Tsang dituduh melakukan tiga pelanggaran dan penyuapan selama menjabat kepala eksekutif Hong Kong. Dalam sesi kesaksian, Tsang membantah dan mengaku tidak bersalah atas tuduhan terhadapnya.
Namun, jika di persidangan yang dijadwalkan akan berlangsung selama 20 hari itu terbukti bersalah, Tsang akan dijatuhi hukuman penjara tujuh tahun untuk setiap pelanggaran yang dilakukannya.
Tsang dituduh menerima rumah mewah di Kota Shenzhen dari investor utama bidang penyiaran. Penyuapan terjadi saat investor itu ingin mendapatkan izin dari pemerintah Hong Kong.
Pria berusia 72 tahun itu diduga menyetujui permohonan sebuah perusahaan untuk perizinan. Dia juga mengusulkan seorang arsitek yang bekerja di flat mewahnya untuk menerima penghargaan pemerintah.
Pada 2012, Tsang pernah meminta maaf atas tuduhan telah menerima hadiah yang tidak pantas dari rekan bisnisnya berupa perjalanan menggunakan kapal pesiar mewah dan jet pribadi.
Tsang yang telah menjabat kepala eksekutif selama tujuh tahun sejak 2005 ialah pejabat paling tinggi yang menghadapi pengadilan korupsi di Hong Kong.
Persidangan Tsang dilakukan seiring dengan situasi warga Hong Kong yang telah kehilangan kepercayaan terhadap para pejabat Hong Kong.
Situasi itu merebak setelah kasus korupsi bahan bakar yang memicu kecurigaan publik terkait dengan hubungan antara otoritas dan pelaku bisnis.
Kasus itu pula menimbulkan gelombang keterkejutan. Pasalnya Hong Kong sebelumnya mendapat reputasi sebagai salah satu kota paling terbuka dan transparan di seluruh dunia.
Pemimpin kurang populer Hong Kong saat ini, Leung Chun-ying, juga menghadapi tuduhan korupsi setelah menerima US$6,5 juta dari perusahaan Australia, UGL.
Persidangan dilangsungkan setelah beberapa anggota parlemen prokemerdekaan Hong Kong batal dilantik. Pihak Beijing tidak merestui anggota parlemen dari kalangan aktivis.
Publik meyakini bahwa sistem pemilu yang mengutamakan kepentingan pemerintah pusat Beijing telah menyebabkan banyak pejabat yang tidak memiliki kredibilitas.
“Saya sangat yakin bahwa ketua eksekutif memiliki hubungan dekat dengan kelompok tertentu dan pengusaha,” kata Lam Cheuk-ting. anggota parlemem prodemokrasi, kemarin. (AFP/Ihs/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved