Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Perundingan Damai Suriah Batal Lagi

Haufan Hasyim Salengke
04/1/2017 07:40
Perundingan Damai Suriah Batal Lagi
(AP/HASSAN AMMAR)

SEBANYAK 10 kelompok pemberontak di Suriah menarik diri dari perundingan damai yang menurut rencana akan dilaksanakan di Astana, Kazakhstan, akhir Januari. Itu disebabkan mereka menilai pasukan pemerintah telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan mengintensifkan serangan di sekitar Damaskus.

“Dengan kekerasan yang terus berlangsung ini, faksi-faksi pemberontak mengumumkan pembekuan semua pembicaraan yang terkait dengan negosiasi Astana,” ujar mereka dalam sebuah pernyataan bersama, Senin (2/1) waktu setempat.

Kelompok oposisi atau pemberontak dan rezim Suriah sedia­nya akan duduk satu meja dalam perundingan damai di Astana yang diatur Rusia dan Iran sebagai sekutu Suriah serta Turki sebagai sekutu pemberontak.

“Setiap bertambahnya serangan di lapangan yang bertentangan dengan gencatan, dan saya pikir kondisi memang tidak akan pulih seperti semula, maka kesepakatan akan kami anggap batal dan tak berarti,” ujar para pemberontak.

Faksi-faksi pemberontak mengatakan mereka menghormati gencatan senjata di seluruh penjuru Suriah yang diperantarai Rusia dan Turki serta didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tujuan membuka jalan untuk perundingan damai tersebut. Namun, mereka menyayangkan tindakan pasukan rezim Suriah dan sekutu mereka yang dinilai tidak patuh pada gencatan tersebut.

“Meski kami telah melayangkan pertanyaan dan klarifikasi kepada Rusia sebagai pendukung rezim, tentara pemerintah terus melakukan pelanggaran yang mengancam ratusan ribu warga sipil,” ujar faksi pemberontak.


Langkah Assad

Selama dua pekan terakhir, bahkan sebelum dimulainya gencatan senjata global, angkatan udara Suriah telah meluncurkan serangan bom hampir setiap hari ke wilayah kekuasaan pemberontak, yakni Ghouta Timur dan Wadi Barada, sekitar 15 kilometer dari Damaskus.

Rezim Presiden Bashar al-Assad sedang mencoba untuk menguasai wilayah pemasok air minum utama bagi empat juta penduduk ibu kota dan sekitarnya.

Lembaga pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan tentara Suriah dan milisi kelompok Syiah Libanon, Hezbollah, yang didukung Iran, merangsek ke pinggiran Ain al-Fijeh, sumber air utama di daerah tersebut.

“Pasukan pemerintah dan sekutu terlibat dalam bentrokan sengit dengan pemberontak, termasuk bekas afiliasi Al-Qaeda, Fateh al-Sham Front,” ujar Direktur SOHR Rami Abdel Rahman, Senin (2/1). Meski demikian, pihak oposisi membantah kelompok pejuang berada di kawasan tersebut.

SOHR menambahkan dua warga sipil ditembak mati oleh penembak jitu dan dua warga sipil lainnya tewas dalam serangan bom tentara rezim Suriah di Kota Rastan, Provinsi Homs.
Gencatan senjata, yang telah berlaku sejak Kamis (29/12/2016) tengah malam, merupakan gencatan senjata terbaru dalam perang hampir enam tahun di Suriah yang telah menewaskan lebih dari 310 ribu orang.

Pasukan pemerintah telah mengepung Wadi Barada sejak pertengahan 2015, tetapi pengepungan diperketat pada Desember 2016 seiring dengan peningkatan konsentrasi tentara di sana.
PBB mengatakan setidaknya empat juta orang di Damaskus telah hidup tanpa air sejak 22 Desember 2016. Sementara itu, SOHR mengatakan sekitar 1.000 wanita dan anak-anak mengungsi dari daerah itu selama akhir pekan. (AFP/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya