Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Jokowi Cemerlang di Antara Rapor Merah Pemimpin Asia

Sri Utami
30/12/2016 22:13
Jokowi Cemerlang di Antara Rapor Merah Pemimpin Asia
(ANTARA)

DALAM tahun yang didominasi kejutan oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa (British Exit/Brexit) dan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), kawasan Asia dinilai menjadi bagian yang relatif stabil di dunia.

Kawasan ini telah mengalami peristiwa guncangan sendiri selama 2016. Mulai dari momen Presiden Filipina yang merangkul Tiongkok, protes besar-besaran di jalanan Seoul, Koreal Selatan, hingga penghapusan 86% mata uang kertas di India.

Namun, bagaimana rapor kinerja para pemimpin di Asia tersebut dalam melewati gelombang 2016 menjadi pertanyaan menarik menjelang pergantian tahun. Dalam laporan yang diberikan Bloomberg, terlihat angka merah dalam rapor sejumlah pemimpin.

Park Geun-hye, mungkin pemimpin yang mengalami tahun yang paling buruk dari semua pemimpin Asia lainnya. Setelah dinonaktifkan dari posisinya sebagai Presiden Korsel pada 9 Desember 2016 lalu, skandal yang melilit Park membuat peringkat persetujuan dirinya merosot hingga 4%. Korsel selama 2016 juga mengalami penurunan kurs mata uang yang cukup signifikan hingga minus 2,87%.

Serupa dengan Park, Perdana Menteri (PM) Australia, Malcolm Turnbull, juga mengalami tahun yang cukup buruk di 2016, popularitasnya merosot hingga 45 % setelah mengadopsi kebijakan terkait isu perubahan iklim dan pernikahan sesama jenis.

PM Malaysia, Najib Razak, juga menghadapi tahun yang buruk setelah terlilit skandal dana investasi milik negara. Selama 2016, kurs mata uang Malaysia juga turun hingga minus 4,26%, sedangkan biaya hidup meningkat di sana.

Sementara itu, rapor cermerlang terlihat dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). Meskin dengan peringkat persetujuan 69%, Jokowi selama 2016, berhasil membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat hingga 5,02% dan kurs mata uang yang cukup stabil 2,41% sepanjang tahun.

Adapun Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang meraup hingga 83% persetujuan tidak berhasil mempertahankan kurs mata uang negeri tersebut yang merosot hingga minus 5,29%. Namun, pertumbuhan ekonomi sejak pemimpin yang sangat populer di Filipina tersebut menjabat pada Juni lalu berhasil naik hingga 7,1%.

Dengan peringkat persetujuan 81%, PM India, Narendra Modi, juga ternyata mendapat nilai merah dalam kurs mata uang negeri tersebut selama tahun 2016. Terutama setelah keputusannya untuk menghapuskan 86% mata uang pada 8 November lalu.

Rapor Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang berhasil mengonsolidasikan kekuasaan di 2016 setelah pemimpin Partai Komunis menyatakan dirinya sebagai 'inti' Tiongkok juga tidak begitu cemerlang dengan persentase kurs mata uang selama tahun ini minus 6,63%.

Xi, yang bersinar di dunia internasional setelah menjadi tuan rumah G-20, juga dinilai merah dengan pertumbuhan ekonomi yang statik di 6,7%.

Dari semua pemimpin Asia di atas, PM Jepang, Shinzo Abe, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi terendah selama tahun 2016 dengan hanya 0,9%. Namun, Abe meraup peringkat persetujuan yang cukup tinggi dengan 50% yang dinilai mampu membawa kembali dirinya memenangkan pemilihan pada 2017 mendatang.

Para pemimpin Asia ini juga dihadapkan sejumlah tantangan di tahun mendatang seperti Presiden Xi yang dinilai akan menghadapi tantangan dari kebijakan keras Trump terkait isu-isu perdagangan dan Taiwan.

Jepang pun harus terkena dampak kemenangan Trump yang membuat Abe harus mencari jalan untuk meyakinkan sang Presiden terpilih tentang pentingnya aliansi Jepang-AS.

Duterte juga dinilai harus mampu menyeimbangkan hubungan dengan AS dan Tiongkok untuk memperbaiki ekonomi dan mencegah tantangan yang datang dari bisnis dan elite militer. (Ihs/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya