Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Krisis Air Membuat Warga Mosul kian Sengsara

Deri Dahuri
02/12/2016 08:30
Krisis Air Membuat Warga Mosul kian Sengsara
(AFP/THOMAS COEX)

SEJAK bulan lalu, puluhan ribu tentara Irak yang dibantu pasukan milisi propemerintah terus bergerak.

Dengan diiringi konvoi tank yang didukung persenjataan berat, mereka menuju ke satu target.

Target yang siap digempur dan dihujani roket tersebut ialah Kota Mosul.

Pasukan gabungan Irak pun mengepung dan menghujani sekeliling Mosul dengan tembakan.

Diharapkan, kota yang bermuara di Sungai Tigris itu bisa kembali diambil alih dari tangan kelompok militan Islamic State (IS).

Ibu kota dari Ninawa tersebut telah di bawah kendali IS sejak dua tahun lalu.

Dalam beberapa minggu terakhir, Mosul masih dikepung pasukan gabungan.

Pertempuran sengit pasukan pemerintah dan milisi IS menjadi pemandangan sehari-hari.

Baku tembak di jalan-jalan terus melebar ke daerah timur Mosul.

Hingga Rabu (30/11), sejumlah ledakan bom masih terdengar.

Rentetan senjata pasukan khusus Dinas Kontraterorisme (PCTS) Irak pun tak pernah berhenti.

Semua serangan tersebut ditujukan ke kantong-kantong pertahanan IS di area Al-Ikhae.

Ledakan bom dan letusan senjata membuat panik warga Mosul.

Di tengah suasana yang kian tak pasti, warga Mosul timur berusaha untuk bisa bertahan hidup.

Pasalnya pasokan air dari perusahaan air minum setempat telah tiada.

Sejumlah warga pun berinisiatif untuk memompa air dari beberapa sumur yang airnya terbatas.

"Kami tidak memiliki air. Kami memang masih minum, tetapi tidak mencukupi," kata Mohamed Khalil, 25, warga Mosul.

"Air adalah kebutuhan yang sangat penting. Kami tidak bisa mencuci. Kami harus mencari kutu (tak bisa mencuci rambut) dan rumah kami kotor," ucap Imam Baker, 34, ibu tiga anak yang tinggal di Mosul timur.

Sejak serangan besar-besaran pasukan gabungan propemerintah Irak ke Mosul pada 17 Oktober, lebih dari 70 ribu orang mengungsi.

Lebih dari 1 juta orang masih menetap di seluruh wilayah kota tersebut. Sekitar 600 ribu orang berada di timur Mosul.

Hampir 500 ribu warga sipil di Mosul tengah menghadapi bencana krisis kekurangan air.

Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Lise Grande mengatakan mereka juga menderita akibat krisis pangan dan listrik.

"Hampir setengah juta warga sipil harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sekarang mereka tak memiliki akses untuk mendapatkan air bersih. Dampaknya anak-anak, ibu-ibu, dan keluarga sangat menderira," papar Grande pada Rabu (30/11). (AFP/Deri Dahuri/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya