Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Trump Ubah Aturan Main Perdagangan Dunia, Tarif Baru Picu Kekhawatiran Ekonomi Global

Ferdian Ananda Majni
03/8/2025 14:05
Trump Ubah Aturan Main Perdagangan Dunia, Tarif Baru Picu Kekhawatiran Ekonomi Global
Konferensi Pers Perkembangan Lanjutan Negosiasi Dagang Indonesia-Amerika Serikat secara daring dari Washington DC, AS yang dipantau di Jakarta, Kamis (25/4/2025).(Antara)

DALAM waktu hanya enam bulan sejak kembali menjabat, Presiden Donald Trump telah mengguncang sistem perdagangan global dan memutar balik kebijakan yang telah bertahan lebih dari seabad.

Pada Kamis lalu, Trump kembali mengumumkan tarif impor yang lebih tinggi untuk hampir semua negara di dunia. 

Meski beberapa negara menerima tarif yang lebih ringan dari perkiraan, hampir seluruh produk impor ke Amerika Serikat kini dikenakan bea masuk yang jauh lebih tinggi dibandingkan ketika Trump mulai menjabat pada Januari.

Kebijakan ini menandai pemberlakuan tarif tertinggi oleh AS sejak Undang-Undang Smoot-Hawley tahun 1933, yang kala itu turut memperparah krisis ekonomi global di era Depresi Besar.

Tarif baru ini berpotensi menekan kembali pertumbuhan ekonomi dunia. Di dalam negeri, dampaknya memang masih relatif ringan, namun sejumlah tanda mulai terlihat, inflasi perlahan meningkat dan aktivitas ekonomi AS mulai melambat. 

Para ekonom mengingatkan, alasan banyak pemimpin dunia selama puluhan tahun menurunkan tarif adalah untuk memperkuat ekonomi berbasis jasa, teknologi dan keuangan, meski berdampak pada relokasi industri dan lapangan kerja ke luar negeri.

Tarif diprediksi melonjak

Sebelumnya, tarif rata-rata barang impor ke AS hanya sekitar 1,2% pada tahun lalu. Namun, menurut Laboratorium Anggaran Yale, tarif ini diprediksi melonjak hingga lebih dari 18% saat kebijakan baru mulai berlaku pada 7 Agustus. 

Beban tarif ini kemungkinan besar akan ditanggung konsumen dalam bentuk harga barang yang lebih mahal, meski sebagian juga dibebankan pada eksportir, importir dan pengecer.

Sejumlah perusahaan besar telah mengumumkan lonjakan biaya akibat kebijakan ini. Apple, misalnya, menyatakan telah membayar tarif sebesar US$800 juta pada kuartal lalu dan memperkirakan jumlah itu meningkat menjadi US$1,1 miliar pada kuartal berikutnya. 

Produsen otomotif seperti GM, Stellantis dan Volkswagen juga mengalami lonjakan biaya serupa. Sementara itu, ritel besar seperti Walmart dan Target menyatakan tidak dapat menyerap seluruh beban tarif dan harus menaikkan harga bagi konsumen.

Meskipun tarif ini kurang populer dalam berbagai survei dan ditentang oleh pelaku usaha, Gedung Putih tetap yakin dengan pendekatan agresif tersebut.

Ketahanan ekonomi AS

Di tengah berbagai kekhawatiran, ekonomi AS menunjukkan ketahanan. Produk domestik bruto (PDB) melonjak di kuartal kedua, pasar tenaga kerja tetap kuat, dan inflasi masih dalam batas normal. 

Kondisi ini memberi keyakinan bagi pemerintahan Trump bahwa strategi tarif global dapat digunakan untuk berbagai tujuan, mulai dari meningkatkan penerimaan negara, memulihkan industri dalam negeri, hingga menekan lawan politik di panggung internasional.

Departemen Keuangan AS melaporkan pendapatan tarif mencapai sekitar US$150 miliar sejak Trump kembali menjabat, meningkat tajam dibandingkan periode sebelumnya. 

Beberapa perusahaan AS juga telah mengumumkan rencana pembangunan pabrik baru di dalam negeri. Trump bahkan menggunakan ancaman tarif sebagai alat negosiasi berbagai isu, termasuk kesepakatan dagang dan pajak.

Namun demikian, sejumlah catatan penting tetap membayangi. Pendapatan tarif berasal dari pajak yang dibayar importir AS, bukan negara asing seperti yang sering diklaim Trump. Banyak proyek pabrik yang diumumkan masih dalam tahap perencanaan jangka panjang. 

Kekurangan tenaga kerja

Sementara itu, AS masih mengalami kekurangan tenaga kerja di sektor manufaktur, dengan sekitar 400.000 posisi yang belum terisi. Selain itu, konsumen AS tetap menjadi korban utama ketika harga-harga barang naik akibat beban tarif.

Tidak semua ancaman tarif berhasil memberi tekanan kepada negara lain. Bahkan, setelah pasokan barang sebelum tarif habis, defisit perdagangan AS kembali melebar. 

Eksperimen besar Trump dalam perdagangan global memang menunjukkan hasil awal yang lebih baik dari perkiraan, namun banyak ekonom tetap waspada terhadap potensi dampak jangka panjang yang bisa merusak kestabilan ekonomi dunia dan menggeser posisi strategis Amerika Serikat di kancah internasional. (CNN/Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya