Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Clinton Didesak Gugat Hasil Pemilu

Indah Hoesin
24/11/2016 02:36
Clinton Didesak Gugat Hasil Pemilu
(AFP / Bryan R. Smith)

TIM kampanye Hillary Clinton didesak untuk mengajukan gugatan penghitungan ulang hasil suara di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat (AS).

Kelompok aktivis yang terdiri atas para ilmuwan komputer dan pengacara menyatakan mereka telah menemukan bukti kecurangan hasil penghitungan suara di Wisconsin, Michigan, dan Pennsylvania.

Kelompok aktivis tersebut telah mempresentasikan temuan tersebut kepada staf pembantu Clinton pada Kamis (9/11) lalu.

"Ada tren yang mencurigakan dari pencapai-an Clinton yang buruk di negara bagian tersebut. Di sana hanya mengandalkan mesin pemungutan suara elektronik ketimbang surat suara kertas dan pemindai optik," ujar J Alex Halderman, Direktur Pusat Keamanan Komputer dan Masyarakat di Universitas Michigan.

Kelompok tersebut memberi tahu ketua tim kampanye Clinton, John Podesta, dan penasihat umum kampanye Marc Elias bahwa Clinton menerima hasil suara 7% lebih rendah di negara yang menggunakan mesin suara elektronik seperti Wisconsin.

Maka, Clinton mungkin telah kehilangan sekitar 30 ribu suara.

Menurut mereka, mesin suara tersebut sangat rentan untuk diretas. Untuk sementara belum ditemukan bukti mesin tersebut telah diretas.

Mereka mengatakan perlu pengecekan lebih detail untuk menemukan bukti.

John Bonifaz, pengacara yang juga anggota kelompok itu, mendorong agar kasus itu segera mendapatkan respons.

Desakan kelompok tersebut pertama kali diberitakan majalah New York.

Clinton belum menunjukkan tanda akan menggugat hasil itu dan Gedung Putih juga bertekad mengutamakan kelancaran transisi.

Sementara itu, batas waktu untuk mengajukan penghitungan ulang suara di negara bagian ialah pekan depan.

Kekhawatiran warga AS meluas terkait adanya peretasan menjelang pemilihan lalu.

Salah satunya kekhawatiran sebuah kelompok yang menamakan diri Hamilton Electors yang dulu berjanji tidak memilih Trump dan mencari alternatif Republik lainnya melalui pemilihan electoral.

"Founding fathers AS (tujuh tokoh kemerdekaan AS) menciptakan electoral college sebagai garis pertahanan terakhir. Saya pikir kita harus melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan bahwa kita memiliki kandidat Republik yang masuk akal dan yang juga berbagi nilai-nilai bersama AS," ujar Michael Baca, salah satu dari tiga pemilih yang tergabung dalam Hamilton Electors yang diambil dari nama salah satu founding fathers AS, Alexander Hamilton.

Pemerintahan Barack Obama pun pernah menuding Rusia berusaha untuk meretas daftar pemilih AS.

Namun, para pejabat pemilihan dan ahli keamanan siber telah mengatakan pada awal bulan ini bahwa hampir tidak mungkin bagi Rusia untuk memengaruhi hasil pemilihan.

Sejauh ini Trump telah memenangi 290 suara dari pemilihan electoral, sedangkan Clinton mengumpulkan 232 suara.

Clinton harus memenangi Michigan dan membatalkan hasil di Winsconsin dan Pennsylvania untuk bisa memenangi pemilihan electoral.

Faktor lain yang mungkin bisa membantu Clinton ialah apa yang disebut 'pemilih tidak setia'.

Clinton harus memastikan mereka tidak memilih Trump yang sebelumnya telah menang di negara bagian mereka itu.

Sepanjang sejarah pemilu AS, hanya ada 157 'pemilih tidak setia'.

Namun, mereka juga tidak pernah berhasil mengubah hasil pemilihan.

Sejauh ini enam delegasi pemilih electoral telah menyatakan tidak akan memilih Trump.

Lebih dari 4,5 juta orang telah menandatangani petisi agar delegasi pemilih electoral menentang instruksi dari negara bagian mereka. (CNN/Independent/Ihs/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya