Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PUTRA Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu diam-diam membeli sebuah apartemen di Inggris dengan nama berbeda pada 2022. Ini terjadi ketika ekonomi Inggris sedang jatuh bebas dan ia tidak perlu melaporkan pembelian tersebut secara hukum kepada otoritas pajak Israel.
Menurut temuan surat kabar bisnis dan ekonomi Israel Calcalist yang dilansir Rabu (2/7), Avner Netanyahu membeli sebuah apartemen seharga £502,500 (US$680,000, atau sekitar Rp11 miliar) di Oxford pada bulan Oktober 2022, menyusul anggaran mini atau pemotongan pajak yang diusulkan oleh PM Inggris saat itu, Lizz Truss, yang menyebabkan mata uang pound sterling jatuh.
Menurut surat kabar tersebut, Avner Netanyahu membayar 1,98 juta shekel untuk apartemen tersebut, sedikit di bawah ambang batas pelaporan aset asing sebesar dua juta shekel.
Calcalist melaporkan, jika apartemen tersebut dibeli hanya 10 hari sebelum atau sesudah anggaran mini Truss, nilainya akan lebih dari 2 juta shekel, yang akan mengharuskan pelaporan wajib properti di luar negeri kepada otoritas pajak Israel.
Mengutip situs web Land Registry Inggris, Calcalist juga melaporkan Avner Netanyahu melakukan pembelian tersebut dengan nama Avi Avner Segal - alias resmi yang diadopsi Avner berdasarkan nama semasa gadis nenek dari pihak ayah.
Ditambahkan pula bahwa Avner Netanyahu melakukan pembelian tersebut tanpa harus mengambil hipotek, yaitu pinjaman yang digunakan untuk membeli properti, di mana properti tersebut menjadi jaminan atas pinjaman. Adapun gaji ayahnya, PM Netanyahu, pada 2025 memperoleh gaji tahunan setidaknya US$150.000.
Avner Netanyahu membela diri atas pembelian properti itu, dengan mengatakan kepada Calcalist bahwa perubahan nama tersebut sah dan telah didaftarkan ke Kementerian Dalam Negeri.
"Saya mengubah nama saya di kartu identitas saya di Kementerian Dalam Negeri Israel, lalu mengubah paspor dan SIM saya. Itu satu paket," kata Avner.
"Kami melaporkan semua yang diperlukan kepada otoritas pajak di Israel dan Inggris," ucapnya. "Semua tindakan saya sah, baik di sini maupun di sana," tambahnya.
Saat ini bekerja di firma konsultan strategis Strategy&, bagian dari firma akuntansi PwC, Avner mengatakan perubahan nama tersebut didorong oleh masalah keamanan.
Saat itu, kata dia, ayahnya menjabat sebagai pemimpin oposisi, dan permintaannya untuk perlindungan Shin Bet saat belajar di luar negeri ditolak.
"Saya tidak memiliki (perlindungan) keamanan saat itu," ujarnya kepada Calcalist. (MEE/B-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved