Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
TINDAK tanduk Presiden Filipina Rodrigo Duterte tak pernah terlepas dari sorotan mata dunia.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Lima, Peru, pada Sabtu (19/11) waktu setempat, Duterte kembali menjadi perbincangan.
Di ajang APEC, Duterte bertemu idolanya.
Siapa idola tokoh yang dikenal 'bermulut pedas' tersebut?
Ia bertatap muka langsung dengan sosok yang disebut sebagai pahlawan, yakni Presiden Rusia Vladimir Putin.
Selama ini Duterte kerap mengungkapkan keluhannya seputar negara sekutunya, Amerika Serikat (AS).
'Negeri Paman Sam' disebutnya sebagai negara 'hipokrit', suka merundung negara lain dan membuat negara lain melakukan perang.
Sebaliknya, pria yang dipanggil 'Digong' tersebut secara terbuka memuji pemimpin Rusia itu.
Mantan Wali Kota Davao itu menegaskan saat Perang Dingin antara AS dan Rusia, Filipina yang merupakan bekas koloni AS secara historis diidentikkan dengan sekutu Barat.
Namun, di tangan Duterte, citra Filipina yang diidentikkan sebagai sekutu Barat diubah.
Tokoh yang dijuluki the foul-mouthed atau 'si mulut kotor' tersebut ingin merombak citra negaranya yang telah lama melekat selama berabad-abad.
Negara yang secara historis beraliansi dengan AS diarahkan Duterte untuk mengalihkan kiblat ke Rusia dan Tiongkok.
Ia melakukan itu dengan alasan negara di kawasan Asia Tenggara tersebut memegang kebijakan luar negeri yang independen.
"Ini bagus terjadi di masa lalu," ucap Duterte kepada idolanya, Putin, di Kota Lima, Peru, pada Sabtu (19/11).
Ia menegaskan negaranya ingin melepas ikatan erat dengan AS.
"Pada masa lalu, saya melihat banyak negara Barat yang merundung negara-negara kecil. Tidak hanya itu, mereka menjadi begitu hipokrit," ucap Duterte saat bertemu dengan sosok yang dikaguminya, Putin, selama 45 menit.
"Mereka tampaknya ingin memulai perang, tetapi mereka takut berperang. Ini apa yang salah antara Amerika dan negara-negara lain. Mereka (AS) telah mengobarkan perang di banyak wilayah--di Vietnam, Afghanistan, dan Irak--hanya dengan satu alasan ada senjata pemusnah massal dan ternyata tidak pernah ada," papar Duterte.
Ia juga menegaskan AS telah memaksa Filipina untuk menerjunkan tentara mereka demi bertempur di Vietnam dan Irak.
Bahkan, saat pasukan nonkombatan Filipina menolak bergabung dengan pasukan koalisi pimpinan AS pada 2004, AS mengancam memenggal pekerja asal Filipina yang diculik.
"Washington membuat kami sulit," ucap Duterte kepada Putin.
"Banyak hal yang salah bukan gagasan yang baik." (AFP/Deri Dahuri/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved