Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
PERUSAHAAN-perusahaan publik Amerika Serikat (AS) secara kolektif telah mengurangi 3,5% pekerja kerah putih mereka selama tiga tahun terakhir. Pemangkasan ini lebih dari sekadar pemangkasan biaya tipikal dan menunjukkan pergeseran filosofi yang lebih luas.
Demikian disampaikan penyedia data ketenagakerjaan Live Data Technologies, seraya menyebut satu dari lima perusahaan di S&P 500 menyusut selama satu dekade terakhir, seperti dilansir The Wall Street Journal, Kamis (19/6/2025).
Disebutkan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif memungkinkan perusahaan untuk melakukan lebih banyak hal dengan lebih sedikit sumber daya. Ada pula keyakinan yaitu memiliki terlalu banyak karyawan justru menjadi penghalang.
Situasi tersebut bisa dibaca dari sejumlah pergerakan Amazon di Seattle hingga Bank of America di Charlotte, North Carolina, dan di perusahaan-perusahaan besar maupun kecil di mana pun di antara keduanya.
Semua penyusutan ini mengubah siklus perekrutan dan pemecatan yang biasa terjadi. Perusahaan-perusahaan sering kali memberhentikan pekerja di masa resesi, lalu merekrut kembali ketika ekonomi mulai membaik.
"Pesan dari banyak bos: Siapa pun yang masih ada dalam daftar gaji bisa bekerja lebih keras," tulis laporan Live Data Technologies seperti dilansir The Wall Street Journal.
Lebih dari itu, pengurangan tenaga kerja dalam beberapa tahun terakhir berbarengan dengan lonjakan penjualan dan laba, menandai perubahan yang lebih mendasar dalam cara para pemimpin mengevaluasi tenaga kerja mereka.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyatakan akan melanjutkan kembali proses penerbitan visa bagi mahasiswa internasional di kedutaan-kedutaan besar AS di luar negeri. Semua pemohon diwajibkan membuka akses akun media sosial mereka.
“Berdasarkan panduan baru, kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk memantau jejak digital dan keberadaan daring para pemohon visa mahasiswa dan pertukaran pelajar,” demikian bunyi siaran pers Departemen Luar Negeri AS yang dikutip The Washington Post.
Calon mahasiswa akan diseleksi untuk mengidentifikasi “sikap bermusuhan terhadap warga negara, budaya, pemerintahan, institusi, atau prinsip-prinsip dasar Amerika Serikat,” mengutip isi kawat diplomatik yang dikirimkan ke berbagai kedutaan dan layanan konsuler AS.
Kebijakan ini diterapkan setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump sempat menghentikan sementara wawancara visa pada Mei lalu untuk pemohon visa kategori "F" (mahasiswa akademik), "M" (mahasiswa kejuruan), dan "J" (pertukaran budaya).
Pemerintahan Trump telah memperketat standar penerimaan mahasiswa internasional, dengan alasan adanya dugaan tindakan antisemitisme dalam demonstrasi mahasiswa yang memprotes tindakan militer Israel di Jalur Gaza.
Sikap keras ditujukan ke Universitas Harvard karena dianggap gagal menghentikan aksi demonstrasi mahasiswa. Pemerintah menekan kampus tersebut dengan cara membekukan subsidi dan menangguhkan kelayakan institusi itu untuk menerima mahasiswa internasional.
Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan telah berbicara dengan Presiden Trump dan mengusulkan sebuah kesepakatan luas yang mencakup isu keamanan, imigrasi, dan perdagangan, mengingat besarnya komunitas Meksiko di AS.
"Saya mengusulkan sebuah kesepakatan umum, yang mencakup keamanan, imigrasi, dan perdagangan," ujarnya dalam konferensi pers hariannya di Istana Nasional, Rabu (18/6) waktu setempat.
Sheinbaum mengatakan percakapan itu berlangsung pada Selasa (17/6), setelah Trump mempersingkat kehadirannya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) di Kanada karena krisis di Timur Tengah.
Sheinbaum menekankan perlunya kerangka kerja formal dan komprehensif bagi kerja sama bilateral. Dia juga menyoroti pentingnya pengakuan terhadap warga Meksiko di AS, keluarga yang telah tinggal di sana selama bertahun-tahun dan memberikan kontribusi bagi ekonomi AS. (Xinhua/I-1)
Rusia memperingatkan Amerika Serikat agar tidak ikut campur secara militer dalam konflik antara Iran dan Israel.
40 persen responden mengaku sangat mengkhawatirkan kemungkinan AS akan terlibat dalam perang besar dengan Iran.
RENCANA Amerika Serikat (AS) untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang paling terlindungi kuat dengan bom penghancur bunker akan berhasil karena mereka memiliki kemampuan tersebut.
IRAN kemungkinan akan menerima undangan untuk berdialog dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan ingin membahas kemungkinan gencatan senjata dengan Israel.
KOREA Utara (Korut) menyatakan kecaman keras terhadap serangan udara yang dilancarkan Israel ke Iran, sehingga telah memicu konflik terbuka antar kedua negara sejak Jumat (13/6).
Presiden AS Donald Trump menyatakan hubungan dengan Tiongkok membaik setelah tercapainya kesepakatan dagang baru.
Menteri luar negeri AS Marco Rubio mengumumkan pencabutan visa mahasiswa asal Tiongkok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved