Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Kejahatan Terkait Kebencian di AS Melonjak

Haufan Hasyim Salengke
17/11/2016 02:12
Kejahatan Terkait Kebencian di AS Melonjak
(AFP)

TINGKAT kasus kejahatan berunsur kebencian terkait suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) di Amerika Serikat (AS) melonjak tajam.

Badan Penyelidik Federal (FBI) menyatakan lonjakan paling tinggi ialah kasus kejahatan kebencian antimuslim.

Berdasarkan laporan nasional FBI, dalam setahun kejahatan kebencian antimuslim di 'Negeri Paman Sam' naik 67%, dari 154 insiden pada 2014 menjadi 257 pada 2015.

Insiden serangan terhadap muslim meningkat paling tajam sejak serangan 11 September.

"Saya pikir statistik ini hanya sebagian kecil dari apa yang kita lihat di lapangan. Kami menyaksikan kebencian terhadap muslim meruncing pada akhir 2015 dan itu masih berlangsung hingga kini, bahkan jumlah itu kian meningkat selama kampanye Donald Trump," ujar juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) Ibrahim Hooper kepada Al Jazeera.

Kegiatan kampanye presiden terpilih Donald Trump dinilai sangat berfokus pada minoritas, imigran, dan muslim.

Trump secara rutin menggambarkan kelompok-kelompok itu sebagai ancaman terhadap perdamaian, ekonomi, dan keamanan tanah air.

Selain kasus dengan korban muslim, laporan statistik FBI tersebut juga memaparkan insiden anti-Yahudi yang meningkat hingga 664 kasus.

Namun, persentase kenaikan tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan insiden yang melibatkan korban muslim.

"Ini merupakan jumlah tertinggi sejak 2001 ketika kelompok Al-Qaeda menyerang New York dan di tempat lain mendorong angkanya ke level tertinggi yang pernah terjadi, 481 kejahatan kebencian," ungkap Mark Potok dari Southern Poverty Law Center.

Kasus kejahatan kebencian pun terjadi pada golongan minoritas lainnya seperti kulit hitam dan kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

FBI mencatat jumlah kasus kejahatan kebencian terhadap golongan minoritas meningkat 6,8% dari 5.479 insiden yang dilaporkan pada 2014 menjadi 5.850 kasus pada 2015.

Laporan itu pun mencatat 5.818 insiden 'single-bias'(pelanggaran yang termotivasi bias yang sama).

Dari jumlah itu, 59,2% termotivasi bias rasial, etnik, dan/atau keturunan; 19,7% oleh bias agama; 17,7% oleh bias orientasi seksual; dan 3,3% oleh identitas gender, cacat, atau bias gender.

Laporan tahunan FBI ini dirilis terkait kampanye politik kontroversial dari retorika Trump yang penuh kebencian dan telah memicu aksi berbalasan yang meluas di AS.

Southern Poverty Law Center telah melacak 892 kelompok kebencian yang beroperasi di AS.

Organisasi pembela hak sipil itu menyebutkan, ada 300 kasus pelecehan kebencian atau intimidasi sejak hari pemilihan presiden.

Sikap Trump yang dinilai membawa teror terhadap golongan minoritas berbuah gelombang aksi protes.

Dalam akun Twitter-nya, Trump sempat menyebut aksi itu ulah demonstran profesional yang dihasut media.

Namun, ia berubah pikiran dengan menyatakan kagum pada semangat para demonstran. (AP/CNN/Hym/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya