Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BEA Diallo, 45, ialah petinju kelas menengah terbaik pada masanya. Kini ia menjadi anggota parlemen Belgia. Pria muslim kelahiran Liberia itu mengaku paham mengapa banyak anak-anak muda Belgia jatuh dalam berbagai aksi keagamaan yang radikal, seperti pengeboman dan aksi-aksi kekerasan lainnya dengan dalil membela agama.
Kini, Diallo, putra diplomat Guinea dan ibu asal Senegal, ingin membuat catatan baru dalam hidupnya. Ia mengajak anak-anak muda untuk menjauhi berbagai aksi radikalisme keagamaan sasana tinju.
"Tinju membantu saya menjadikan saya seperti adanya saya hari ini," kata Diallo setelah tiba dari gedung parlemen dan meneruskan kegiatannya di sasana tinju miliknya, Emergence XI.
"Kini saya mencoba menularkan kekuatan ini dan mengajarkan saya pernah merasakan terbuang dari sebuah komunitas," tambah Diallo saat membeberkan kisah hidupnya dari dunia yang penuh kekerasan ke dunia tinju serta kini mengantarnya ke parlemen Belgia.
Ia menjadi orang yang sangat keras, sangat ekstrem, terutama setelah diserang kelompok skinhead di Prancis. Ia berkisah saat itu temannya bahkan harus kehilangan satu bola mata.
"Jika itu terjadi saat ini dan ada orang datang serta mencuci otak saya, pasti saya sudah terjerumus ke radikalisme," sambung dia.
Namun, itu tidak menyeretnya. Kehidupannya berubah saat ia dan keluarganya pindah ke Brussels. Ayah empat orang anak itu pun menjadi petinju profesional. Setelah itu, ia meniti karier sebagai pelatih.
Jalan bagi dia terus terbuka saat terjun dalam gerakan politik. Melalui partai sosialis di Belgia ia terjun dalam banyak gerakan kaum muda. Seringnya dia muncul dalam tayangan televisi Belgia mengantar Diallo terpilih menjadi anggota Parlemen.
Sebagai bekas petinju profesional, Diallo tentu saja sangat memahami bagaimana bertinju. Tentu saja itulah juga yang menjadi alasan kenapa dia mendirikan sasana yang digunakannya sebagai sarana menjauhkan pemuda Belgia dari radikalisme keagamaan. (AFP/Ths/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved