Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
TENTARA Myanmar mengaku telah menembak mati sekitar 28 orang dalam serangan dua hari di perdesaan muslim Rohingya, Dar Gyi Zar, negara bagian Rakhine. Mereka beralasan orang-orang di sana radikal karena membawa parang dan tongkat kayu.
Sebelumnya, tentara telah meluncurkan serangan dengan helikopter tempur pada Sabtu (12/11) ke perdesaan itu. Akibatnya, delapan orang termasuk dua tentara tewas.
Serangan yang disebut 'operasi pembersihan' itu menargetkan kelompok militan bersenjata. Namun, kenyataannya, banyak gambar dan video yang menunjukkan para perempuan dan anak-anak terbunuh beredar di media sosial.
Ratusan penduduk desa terpaksa melarikan diri dari rumah mereka selama akhir pekan. Menurut analisis Jonah Fisher, BBC News, warga Rohingya telah mengungsi sejak ketegangan etnik mencuat di Myanmar.
Tidak ada akses media independen ke bagian utara Rakhine sehingga pernyataan resmi harus dibaca dengan kritis. "Jika Anda percaya versi tentara, Anda harus menerima orang-orang Rohingya yang hanya bersenjatakan tongkat kayu dan parang menyerang tentara bersenjata api," tuturnya.
Bukan hanya itu, percaya dengan tentara berarti menerima ide Rohingya akan sengaja membakar rumah mereka sendiri dan membuat diri menjadi tunawisma. Laporan media pemerintah menyatakan Rohingya membakar 130 rumah pada Minggu (13/11) untuk menimbulkan mispersepsi dan ketegangan serta mendapat bantuan internasional.
Narasi yang sangat berbeda atas Rohingya beredar di media sosial. "Sekali lagi, harus dipandang kritis, karena pada masa lalu Rohingya memiliki dugaan kejam yang berlebihan," lanjutnya.
Berbagai gambar dan video akhir pekan lalu menunjukkan mayat perempuan dan anak-anak serta orang-orang melarikan diri dari rumah mereka yang terbakar. Helikopter tempur terbang di atas mereka. "Sebagian (gambar dan video) dijamin asli," tambah Jonah.
Gambar satelit terakhir diluncurkan Human Rights Watch pada Minggu (13/11) dan menunjukkan bukti serangan pembakaran massal, yaitu 400 bangunan di tiga desa Rohingya.
Kerusakan meluas
Direktur Human Rights Watch Asia, Brad Adams, mengungkapkan foto terbaru memperlihatkan kerusakan telah meluas dari yang dibayangkan. "Otoritas Myanmar harus membentuk tim investigasi yang dinaungi PBB sebagai langkah awal untuk memastikan keadilan dan keamanan demi para korban," tuturnya.
Pasukan keamanan Rakhine dikontrol tentara, bukan pemimpin de facto negara, Aung San Suu Kyi, yang hanya diam. Peraih Nobel Perdamaian itu menolak tuntutan diplomat untuk melakukan penyelidikan independen yang tepercaya mengenai kejadian itu.
Rakhine dikunci militer sejak bulan lalu setelah sembilan polisi tewas akibat serial serangan pemberontak di pos-pos perbatasan. Negara bagian itu menjadi rumah jutaan muslim Rohingya yang tidak diakui Myanmar sebagai warga negara.
Puluhan ribu muslim Rohingya harus tinggal di perkemahan setelah mengungsi dari pertempuran dengan para pemeluk Buddha pada 2012 silam. Lebih dari 200 orang dinyatakan tewas. (AFP/Ire/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved