Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
DALAM sebuah diskusi di ASEAN Korea Centre (AKC), Seoul, Senin (24/10) lalu, beberapa wartawan Korea Selatan mempertanyakan apakah negara-negara ASEAN bakal mengikuti jejak Inggris yang keluar dari Uni Eropa (UE).
Kekhawatiran itu muncul setelah mereka membaca wacana kemungkinan tersebut pascareferendum Inggris yang menghasilkan Brexit, beberapa bulan lalu.
Pertanyaan tersebut wajar dilontarkan.
Pertama, mungkin disebabkan kurangnya pemahaman mereka tentang ASEAN dan sejarah latar belakang berdirinya organisasi yang jadi salah satu blok ekonomi dunia terdinamis saat ini.
Kedua, ASEAN sekarang merupakan mitra bisnis kedua terbesar Korsel.
Mereka barangkali khawatir kalau blok ini pecah, itu bakal memengaruhi perekonomian negeri itu.
Rasa khawatir itu terjawab setelah mereka mendengar penjelasan beberapa jurnalis ASEAN yang menghadiri diskusi tersebut, termasuk Media Indonesia.
Intinya kami menegaskan ASEAN tidak sama dengan UE dan kami diikat rasa persaudaraan yang lebih kuat sebagai bekas negara jajahan ketimbang UE yang masing-masing memiliki ego tinggi.
Selain soal implikasi Brexit, para jurnalis ASEAN dan Korsel berbagi perspektif soal pariwisata dan masa depan hubungan kedua kawasan.
Diskusi yang berlangsung serius dan santai itu pun diakhiri dengan makan siang yang dipenuhi gelak tawa.
Acara dialog yang digagas Kementerian Luar Negeri Korea Selatan itu merupakan bagian dari rangkaian acara ASEAN Media People's Visit to Korea dengan tema The past, present, and future of ASEAN-ROK political-security cooperation.
Kegiatan itu berlangsung pada 22-29 Oktober 2016. Selain diskusi, para jurnalis dan perwakilan Kementerian Luar Negeri negara-negara ASEAN diajak lebih dekat untuk mengenal 'Negeri Ginseng', termasuk mengunjungi Kantor Mahkamah Agung setempat, pusat industri kreatif, hingga museum perang dan sejarah.
Bagi Korsel, ASEAN dianggap sebagai mitra penting.
Bahkan, sejak 2009, mereka punya lembaga khusus yang bernama ASEAN-Korea Centre (AKC).
AKC merupakan organisasi antarpemerintah yang dibentuk dengan tujuan mendukung dan meningkatkan kerja sama kemitraan ASEAN-ROK (Republik of Korea), mempromosikan mutual understanding melalui pertukaran kebudayaan dan people-to-people contact, serta mendorong upaya integrasi ASEAN.
AKC diresmikan pada 13 Maret 2009, sesuai dengan nota kesepahaman (MOU) yang ditandatangani pada KTT ke-11 ASEAN-ROK November 2007 dan mulai berlaku sejak Desember 2008.
AKC beranggotakan 10 negara ASEAN dan ROK dengan Council sebagai kuasa tertinggi pengambilan keputusan yang terdiri atas 11 direktur yang ditunjuk dari setiap negara anggota.
Menurut sekjen lembaga itu, Kim Young-sun, hubungan Korsel dan ASEAN telah dimulai sejak 1989 dan semakin meningkat hingga saat ini.
Tak hanya di bidang ekonomi, tapi juga politik, keamanan, serta sosial-budaya (lihat grafis).
"Tahun 2016 merupakan fase penting bagi ASEAN. Dengan diluncurkannya komunitas ASEAN pada akhir tahun lalu, kerja sama regional kawasan ini tentu memiliki visi dan tujuan yang akan dicapai ke depannya. Tahun ini (2016), kami ingin mengimplementasikan berbagai program yang menguntungkan bagi hubungan kedua pihak," ujarnya, di Seoul, Senin (24/10).
Diplomasi Baru Asia
Menurut Young-sun, hubungan kerja sama antara Korea Selatan dan ASEAN, salah satu blok ekonomi dunia yang paling dinamis saat ini, harus semakin ditingkatkan.
Apalagi, dengan alasan serupa, negara-negara tetangga Korea Selatan, seperti Tiongkok dan Jepang, tengah berusaha memperkuat hubungan mereka dengan ASEAN.
ASEAN kini tercatat sebagai negara tujuan ekspor Korea Selatan terbesar kedua, melampaui mitra kerja sama tradisional Korea Selatan, seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Menurut Young-sun, kerja sama antara Korea Selatan dan ASEAN berperan sebagai diplomasi awal bagi Gagasan Diplomasi Asia Baru sebagaimana dikemukakan Presiden Park Geun-hye.
Young-sun mengatakan AKC memiliki visi untuk menjadi pemain kunci dalam membangun kemitraan yang langgeng dan tulus antara ASEAN dan Korea.
Indonesia sebagai negara anggota ASEAN menganggap penting kerja sama itu.
"Oleh sebab itu, Indonesia akan terus berperan aktif dalam setiap program kegiatan AKC pada 2016 dan memanfaatkannya secara optimal guna meningkatkan daya saing produk-produk unggulan dan potensial Indonesia, khususnya UKM sesuai dengan Visi ASEAN 2025," kata Ketua Delegasi RI pada Pertemuan Tahunan ke-8 Council of the ASEAN-Korea Centre di Seoul, (18-19/2) lalu, seperti dikutip situs Kemenlu.
Salah satu program AKC ialah mempromosikan produk ASEAN di pasar Korea Selatan, mendorong peningkatan investasi di kawasan, serta meningkatkan kapasitas dan dukungan bagi UKM di ASEAN.
Program lainnya ialah mendukung berbagai inisiatif ASEAN serta mempromosikan pariwisata, pertukaran orang-ke-orang, dan meningkatkan kesadaran ASEAN.
Kunjungan para jurnalis ASEAN ini merupakan salah satu bagian dari program AKC ini.
"Kami harap dengan kunjungan ini, Anda semua bisa lebih jauh mengenal Korea Selatan dan menyampaikannya kepada masyarakat di ASEAN," kata Lee Kyeong-a, Deputy Head, Culture and Tourism Unit ASEAN-Korea Centre kepada Media Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved