Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Protes Anti-Trump Berujung Kerusuhan

Haufan Hasyim Salengke
12/11/2016 03:11
Protes Anti-Trump Berujung Kerusuhan
(AFP / JIM WATSON)

RIBUAN demonstran yang marah atau menentang kemenangan Donald Trump turun ke jalan-jalan di sejumlah kota utama Amerika Serikat (AS) untuk malam kedua berturut-turut, Kamis (10/11).

Unjuk rasa berujung kerusuhan paling buruk di kota barat laut Portland, Negara Bagian Oregon.

Massa anti-Trump menuduh sang presiden terpilih sebagai penebar rasialisme, seksisme, dan xenofobia.

Mereka meneriakkan kata-kata menolak hasil pemilu seperti 'Not my president' dan 'We reject the president-elect'.

"Kami ingin menunjukkan (penentangan) ini akan berlangsung empat tahun ke depan. Ini akan menjadi perlawanan empat tahun," tegas Kaila Philo, seorang mahasiswa 21 tahun, kepada The Baltimore Sun.

Dia mengatakan dirinya telah membuat sebuah acara di Facebook untuk teman-temannya yang menarik perhatian ribuan orang.

Protes berlangsung di New York, Chicago, Denver, Dallas, Oakland, dan sejumlah tempat lainnya. Polisi mengatakan mereka memperlakukan protes sebagai 'kerusuhan' karena apa yang massa katakan ialah 'perilaku kriminal dan berbahaya yang meluas'.

Di Portland, polisi menyatakan unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan.

Demonstran yang marah menghancurkan jendela toko-toko di kota itu.

Sebelumnya, pengunjuk rasa yang sebagian besar siswa dan mahasiwa menggelar aksi protes di San Francisco, Los Angeles, dan kota-kota lainnya.

Sekitar 1.000 siswa, mayoritas dari sekolah menengah atas, berbaris di distrik keuangan San Francisco menuju City Hall dengan meneriakkan 'Not my president!' dan memblokade lalu lintas.

"Kami melancarkan protes karena kami ingin mempertahankan hak-hak kami dan kami layak untuk didengar," ujar Pamela Campos, 18, kepada San Francisco Chronicle.


Salahkan media

Trump mengomentari protes untuk pertama kalinya pascapenetapan dia sebagai pemenang pemilu.

Ia menyalahkan media yang mengipasi massa untuk turun ke jalan-jalan.

"Baru saja melaksanakan pemilihan presiden yang sangat terbuka dan sukses. Sekarang demonstran profesional, dihasut media, memprotes. Sangat tidak adil!" kata Trump dalam sebuah komentar di Twitter.

Kekerasan atau kerusuhan di sejumlah kota AS kontras dengan pertemuan yang tampaknya harmonis antara Trump dan Presiden Barack Obama.

Pertemuan mereka dirancang untuk meredam perpecahan setelah kampanye pemilu yang paling penuh kebencian dalam sejarah modern AS.

Obama dan Trump menepikan segala gesekan dan petentangan yang mencuat selama musim kampanye dalam pertemuan 90 menit mereka di Gedung Putih.

Mereka berusaha memadamkan kekhawatiran tentang demokrasi AS, yang sejauh ini masih menjadi kampiun.

Obama berjanji transisi kekuasaan akan berjalan mulus.

Presiden kulit hitam pertama AS itu menggambarkan pertemuannya dengan Trump sebagai percakapan istimewa.

"Sangat penting bagi kita semua, terlepas dari partai dan terlepas dari preferensi politik, sekarang datang bersama-sama, bekerja sama, untuk menghadapi berbagai tantangan yang kita hadapi," kata Obama.

Trump yang tampil lebih pendiam dari biasanya mengatakan dalam sambutannya menyebut Obama 'orang yang sangat baik'. (AFP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya