Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KETIDAKPASTIAN menyebar ke penjuru Timur Tengah menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat pada Selasa (8/11). Perang pemberantasan kelompok Islamic State (IS), konflik Israel-Palestina, dan kesepakatan nuklir Iran kini dalam bahaya.
Dampak pandangan isolasionis Trump terkait keterlibatan AS di Timur Tengah tidak jelas sehingga menambahkan kebingungan di wilayah yang bergolak itu.
Yang sudah pasti ialah sikap Trump terhadap Israel. Maret lalu dia mengatakan tidak ada seorang pun yang lebih pro-Israel dibandingkan dirinya. Saat bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di New York pada September lalu, Trump berjanji akan mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel 'sepenuhnya' jika terpilih. Dia juga akan memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Jerusalem. Ini jelas melanggar kebijakan lama AS.
Penasihat Trump untuk urusan Israel, David Friedman, bulan lalu juga mengatakan bahwa 'sangat skeptis' terhadap prospek solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.
Sementara Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett, yang mengepalai partai garis keras Jewish Home, blak-blakan mengatakan kemenangan Trump berarti 'era negara Palestina berakhir'.
Dalam hal IS, selama kampanye Trump berulang kali berjanji untuk 'menghancurkan' kelompok itu. Namun, ia tidak menjelaskan dengan tegas langkah yang akan dilakukan untuk menumpas IS.
Gerak Trump dalam kampanye anti-IS akan ditentukan oleh hubungannya dengan sekutu tradisional AS di kawasan itu, khususnya negara-negara Teluk Arab, dan pendekatan terhadap perang di Suriah.
Washington selama ini mendukung pemberontak yang menentang Presiden Bashar al-Assad dalam perang sipil yang telah berlangsung lima tahun di negara itu. Pesaingnya dalam pilpres, Hillary Clinton, ialah yang paling getol mendukung perubahan rezim. Sebaliknya, Trump menyatakan menumpas IS dan melengserkan Al-Assad di waktu bersamaan ialah suatu 'kebodohan' dan 'kegilaan'.
Dalam hal program nuklir Iran, Trump menilai kesepakatan negara-negara kuat dengan Iran sebagai sebuah bencana. Karena itu, ia akan mengatakan pembatalan kesepakatan itu akan menjadi prioritas utamanya. (AFP/Hym/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved