Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Fenomena Langka Super Blood Moon Terjadi Besok

MI
27/9/2015 00:00
Fenomena Langka Super Blood Moon Terjadi Besok
(AP)
UNTUK pertama kalinya dalam 33 tahun, besok, langit akan dihiasi fenomena astrologi langka yang disebut super blood moon. Fenomena yang dapat dilihat dari Benua Amerika, Eropa, Afrika, Asia barat, dan Pasifik Timur itu merupakan efek dari posisi Matahari, Bumi, dan Bulan yang berada dalam satu garis.

Super blood moon alias gerhana Bulan kemerahan kali ini diperkirakan berlangsung selama kurang lebih 1 jam mulai pukul 02.11 GMT atau 09.11 waktu Indonesia Barat, esok.

"Ini akan sangat menarik dan dramatis," ujar Sam Lindsay, astronom dari Royal Astronomical Society, London, Inggris.

Lindsay mengungkapkan gerhana Bulan kali ini akan lebih terang dan lebih besar daripada gerhana biasanya. Hal tersebut terjadi karena posisi Bulan sangat dekat dengan Bumi. "Posisi ini disebut perigee, saat itu Bulan juga jadi terlihat sangat terang," lanjut Lindsay.

'Bulan super' itu akan terlihat 30% lebih terang dan 14% lebih besar ketimbang saat Bulan dalam posisi apogee, yakni titik terjauh atau sekitar 49.800 kilometer dari perigee.

Kejadian besok merupakan yang terakhir dari rangkaian empat gerhana Bulan total sejak 15 April 2014, yakni rangkaian yang disebut tetrad. Super blood moon merupakan peristiwa yang sangat langka. Sejak 1900, fenomena alam itu baru terjadi sebanyak lima kali.

Gerhana Bulan super blood moon terjadi terakhir kali pada 1982 dan diprediksi akan terjadi lagi 18 tahun dari sekarang, yakni pada 2033. Peristiwa langka tersebut tentu tidak disia-siakan para peneliti angkasa luar.

Dalam siklus 24 hari gerhana Bulan kemerahan, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, melaporkan perubahan suhu di permukaan satelit Bumi melambat antara temperatur tertinggi 121 derajat celsius pada sisi yang terkena sinar matahari dan minus 115 derajat celsius pada bagian teduh. Perubahan temperatur yang lambat itu memudahkan peneliti mempelajari komposisi kerak Bulan.

"Perubahan itu membantu kami mengetahui lebih jauh lapisan teratas permukaan Bulan. Kami bisa memperoleh ukuran yang sangat detail dari permukaan teratas tersebut," ujar peneliti untuk proyek pengorbit Bulan NASA Noah Petro.

Fenomena super blood moon, bagi beberapa kelompok masyarakat, juga dipandang sebagai pertanda akan datangnya kejadian-kejadian buruk. "Kepercayaan seperti itu memang tidak bisa dimungkiri. Sepanjang sejarah, banyak budaya yang menganggap gerhana Bulan sebagai pertanda datangnya kesedihan dan bencana. Terkadang mereka benar," ucap Petro. (AFP/Pra/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya