PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyambut hangat kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Gedung Putih, Kamis (24/9) waktu setempat. Obama menyapa Xi dengan berbahasa Mandarin, 'Ni hao' (halo), sebelum keduanya melakukan pembicaraan resmi yang menyangkut sejumlah isu.
Obama mengajak tamunya untuk mengelilingi bagian dari Gedung Putih. Keduanya memulai dengan mengunjungi kawasan hijau dan rindang terus menelusuri West Wing. Mereka melanjutkan ke Pennsylvania Avenue menuju Blair House.
Para pejabat AS berharap pertemuan Obama dan Xi menjadi permulaan pertemuan dari dua pemimpin yang memiliki kekuatan ekonomi dan militer tersebut. Obama dan Xi diharapkan dapat menemukan momen untuk mengurangi perbedaan pendapat.
Pada Jumat (25/9) waktu setempat atau hari ini waktu Indonesia, Xi akan disambut dengan 21 tembakan salvo. Selanjutnya, Obama akan mengajak tamunya untuk menghadiri jamuan makan malam sebagai simbol untuk menunjukkan kepada masyarakat Tiongkok bahwa Xi diperlakukan sebagai seorang pemimpin dari negara besar.
Namun, para pejabat 'Negeri Paman Sam' mengakui masih banyak masalah perbedaan pandangan yang menjadi kendala hubungan AS-Tiongkok. AS meragukan komitmen Xi untuk meningkatkan perdamaian.
"Masih sangat jauh, pertemuan yang sangat konstruktif bisa mereka capai di ruang makan malam yang penuh privasi tersebut," kata Ben Rhodes, penasihat senior bidang keamanan nasional.
Makan malam informal pada Kamis (24/9) merupakan sebuah kesempatan, kata Rhodes, untuk mengabaikan poin-poin penting yang akan dibicarakan. Acara tersebut justru akan dijadikan sebuah jendela bagi keduanya untuk melihat pandangan dunia yang lain. "Dan pandangan dunia sangat berbeda. Maka dari itu, saya pikir percakapan (Obama dan Xi) sangat berguna dan penting, karena menyediakan sebuah konteks untuk semua isu," kata Rhodes.
Dalam kunjungan ke AS, Xi akan berkunjung ke Seattle untuk bertemu sejumlah chief executive officer (CEO) dari beberapa perusahaan besar. Washington memandang Xi ialah satu dari para pemimpin Tiongkok yang kuat dalam beberapa dekade karena kemampuannya menguasai politik, militer, dan pemerintah pascapemimpin Deng Xiaoping.
Namun, sikap tegas Xi tersebut telah memunculkan persoalan di bidang wilayah perbatasan maritim, ekonomi, dan keamanan siber. Persoalan tersebut telah membuat jarak hubungan antara Tiongkok dan AS.
"Secara bersamaan kami dapat bekerja sama, tetapi juga saling berkompetisi," kata seorang pejabat senior AS.
Dalam pertemuan sebelumnya, Tiongkok miliki pandangan sama dengan AS. Kedua negara menyetujui kesepakatan perubahan iklim, perdagangan, dan kerja sama militer. (AFP/Aya/I-3)