Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
KANDIDAT presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton diprediksi menang melawan capres dari Partai Republik Donald Trump dalam pemilihan umum Presiden (Pilpres) AS 2016 pada Selasa (8/11).
Salah satu orang yang meramalkan kemenangan Hillary Clinton dalam pemilu AS itu adalah Profesor Ilmu Politik dari Universitas Miami Joseph Uscinski.
"Prediksi hasil dari pemilu terlihat jelas kalau electoral college akan dimenangkan oleh Hillary Clinton," kata Uscinski, Senin (7/11).
Electoral College adalah badan yang memilih presiden dan wakil presiden Amerika Serikat setiap empat tahun. Warga Amerika Serikat tidak langsung memilih presiden atau wakil presiden; sebaliknya mereka menunjuk pemilih (electors), yang biasanya akan memilih kandidat tertentu.
Oleh karena itu, presiden tidak ditentukan oleh suara populer nasional. Sebaliknya, setiap negara bagian memiliki kursi dalam suatu electoral college, yang dibagi kira-kira sesuai dengan jumlah penduduknya.
Untuk banyak negara bagian, calon yang menang adalah orang yang mengumpulkan semua suara pemilu di negara bagian itu.
Menurut Uscinski, Hillary Clinton mempunyai modal yang cukup, dibandingkan Trump, untuk berperan sebagai Presiden AS.
Hal itu didukung dengan pengalaman Clinton saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS pada masa pemerintahan pertama Presiden Barack Obama.
Selain pengalaman, kata dia, faktor lain yang mendekatkan Clinton ke kursi nomor satu di AS adalah dukungan dari kaum minoritas, yang tampaknya sulit diperoleh oleh Trump.
Dia menyebutkan meskipun termasuk golongan minoritas, warga Latin mempunyai suara cukup besar di setiap pemilu AS. Clinton dalam beberapa jajak pendapat terakhir berhasil mendulang suara signifikan dari warga keturunan Latin di AS.
"Saat ini, 70% warga AS penduduk kulit putih, tetapi etnis Latin terus bertambah. Ke depannya pasti sulit memenangi pemilu tanpa mendapat dukungan komunitas Latin," ujar dia.
"Donald Trump sama sekali tidak terlihat untuk mendapat suara dari mereka, jadi kaum Republik akan terluka dalam beberapa pemilu ke depan," tambahnya. (Ant/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved