Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
PEMILIHAN presiden Amerika Serikat (AS) kurang dari sepekan. Sebagian besar penduduk AS stres karena berbagai drama dan peristiwa buruk yang mewarnai kampanye kedua calon presiden (capres). “Orang-orang selalu agak stres selama pemilihan, tapi saya tidak pernah melihat yang separah ini,” ujar Judi Bloom, seorang psikolog di Los Angeles. Menurut jajak pendapat American Psychological Association (APA), lebih dari separuh penduduk AS stres akibat kampanye kali ini.
Selama ini capres Partai Republik Donald Trump berjuang untuk menang dengan mengecam berbagai kebijakan Barack Obama seraya mengatakan penerusnya dari Partai Demokrat, yakni Hillary Clinton, akan membawa AS menuju kehancuran. Trump juga menyebut gelombang migran sebagai ‘penjahat’ yang berusaha masuk AS melalui perbatasan Meksiko sehingga dia menginginkan pembangunan dinding besar pembatas. Di sisi lain, Clinton juga melemparkan sejumlah celaan termasuk dengan menyebut Trump ‘tidak stabil’ dan berpotensi meluncurkan perang nuklir hanya karena seseorang mencubit kulitnya.
Clinton juga mengecam Trump atas tuduhan tindakan kekerasan seksual terhadap perempuan, yang sepenuhnya dibantah Trump. “Ini kampanye yang sangat negatif, dengan calon yang saling tuduh satu sama lain berbohong, mengatakan pemilihan dicurangi. Ini menyebabkan timbulnya rasa putus asa, berpikir bahwa ini akhir segalanya,” ujar Bloom. Kampanye keduanya pun kerap terjebak dalam isu skandal hukum atau seks yang mengerikan dan berlebihan. Menurut Bloom, banyak penduduk yang mengatakan akan pindah ke Kanada karena muak dengan kampanye kedua capres tersebut.
Robert Bright, seorang psikiater dari Arizona, mengatakan tingkat kecemasan seperti ini bahkan tidak terlihat pascaserangan 11 September 2001 atau krisis fi nansial pada 2008. “Baru kemarin, saya lihat perempuan mengalami kesulitan tidur. Ada pasien yang sakit parah bercanda, hal baik dari sekarat ialah dirinya tidak lagi harus menonton iklan politik,” ungkap Bright.
Tidak seperti slogan kampanye yang digunakan Obama ‘Yes, we can’, para capres 2016 ini berlomba memainkan faktor ketakutan yang semakin meningkatkan kecemasan pemilih. “Orang-orang takut akan keamanan finansial mereka, akan keamanan nasional, serangan teroris, dan ketakutan lainnya,” ujarnya.
Tudingan intervensi Rusia
Tim kampanye Clinton mengecam kepala Badan Penyidik Federal (FBI) James Comey karena dinilai menggunakan standar ganda atas penyelidikan terbaru kasus server surel pribadi Clinton. Comey menolak memublikasikan pernyataan terkait dengan dugaan campur tangan Rusia dan dugaan peretasan surel yang dirilis Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Badan Intelijen Nasional pada 7 Oktober lalu. Comey dilaporkan setuju dengan pernyataan itu, tetapi menolak untuk menandatangani dan memublikasikannya sebelum pemilihan berlangsung. “Komunitas intelijen AS yakin bahwa pemerintah Rusia mengarahkan pejabat dan institusi AS, termasuk dari organisasi politik AS.
Pencurian dan pengungkapan ini dimaksudkan untuk mengganggu proses pemilihan di AS,” begitu isi pernyataan badan intelijen tersebut. Sebelumnya, tim Clinton telah menduga peretas Rusia mengincar Demokrat dalam upaya membelokkan suara pemilih untuk mendukung Trump. “Comey harus segera menjelaskan ketidaksesuaian ini dan menerapkan standar yang sama untuk Trump,” ujar manajer kampanye Clinton, Robby Mook. (AFP/BBC/I-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved