Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDEN Donald Trump sekali lagi menegaskan Amerika Serikat (AS) akan mengambil alih Jalur Gaza, saat ia bertemu dengan Raja Yordania, Abdullah II, di Gedung Putih, Selasa.
Ini adalah pertemuan pertama mereka sejak Trump mengumumkan proposalnya untuk mengambil alih wilayah tersebut dan merelokasi dua juta penduduk Palestina ke negara-negara lain di kawasan, termasuk Yordania.
Awal pekan ini, Trump mengisyaratkan dapat menahan bantuan untuk Yordania dan Mesir, kecuali mereka setuju untuk menerima warga Gaza.
Yordania, sekutu utama AS di Timur Tengah, sudah menampung jutaan warga Palestina dan menolak proposal tersebut. Setelah pertemuan mereka, Raja Abdullah menegaskan Yordania memiliki "sikap teguh menentang pemindahan paksa warga Palestina."
Namun, saat berbicara kepada wartawan di Ruang Oval, dengan Raja Abdullah duduk di sebelah kanannya, Trump menegaskan tidak akan mundur dari idenya, yang memicu kecaman global ketika diumumkan pekan lalu.
"Kami akan mengambilnya. Kami akan menguasainya. Kami akan menjaganya," kata Trump tentang Gaza.
Trump mengklaim "banyak lapangan pekerjaan" akan tercipta di seluruh kawasan jika AS mengambil alih wilayah yang hancur tersebut.
"Saya pikir itu bisa menjadi berlian," katanya, menambahkan ia kini percaya AS berada dalam posisi yang "di atas" untuk mengancam negara lain agar berpartisipasi.
Raja Abdullah duduk diam di samping Trump saat presiden AS mengulangi proposalnya, yang bertentangan dengan kebijakan AS selama puluhan tahun dan dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional, yang melarang pemindahan paksa penduduk.
Yordania sejauh ini menolak gagasan tersebut sebagai pelanggaran mendasar terhadap hukum internasional, tetapi secara diam-diam menyatakan kekhawatiran tentang kemampuannya menampung sejumlah besar warga Palestina.
Terkait kemungkinan menerima lebih banyak warga Palestina, Raja Abdullah mengatakan solusi yang "terbaik untuk semua pihak" harus ditemukan. Ia mengatakan Yordania akan menerima 2.000 anak Palestina yang sakit.
Namun, Trump tampaknya tidak terpengaruh dan kembali menegaskan pendiriannya ia mengharapkan Yordania dan Mesir berperan dalam menampung warga Palestina yang direlokasi.
"Saya yakin kita akan memiliki sebidang tanah di Yordania. Saya yakin kita akan memiliki sebidang tanah di Mesir," kata Trump. "Mungkin ada tempat lain, tetapi saya pikir ketika kita menyelesaikan pembicaraan, kita akan memiliki tempat di mana mereka akan hidup dengan sangat bahagia dan sangat aman."
Setelah pertemuan tersebut, Raja Abdullah menulis di X bahwa pertemuan itu "konstruktif" dan "komitmen utamanya adalah kepada Yordania, stabilitasnya, dan kesejahteraan rakyat Yordania."
Namun, ia menegaskan kembali keberatan negaranya terhadap proposal Trump.
"Saya menegaskan kembali posisi teguh Yordania yang menentang pemindahan paksa warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat," katanya. "Ini adalah sikap bersama negara-negara Arab."
"Memulihkan Gaza tanpa memindahkan penduduknya dan mengatasi situasi kemanusiaan yang darurat harus menjadi prioritas utama bagi semua pihak," tambahnya.
Yordania sudah menjadi rumah bagi jutaan orang keturunan pengungsi Palestina yang dipaksa meninggalkan tanah yang kini menjadi Israel tahun 1948, serta bagi mereka yang berasal dari wilayah timur Sungai Yordan.
Negara itu juga telah menampung gelombang pengungsi dari Suriah dan sangat bergantung pada bantuan ekonomi dan militer dari AS.
PBB memperingatkan pemindahan paksa warga sipil dari wilayah yang diduduki secara paksa dilarang keras menurut hukum internasional dan "setara dengan pembersihan etnis."
Pada Selasa, Trump tampak menghindari pertanyaan tentang peringatan dari PBB tersebut.
"Kami memindahkan mereka ke lokasi yang indah di mana mereka bisa memiliki rumah baru, di mana mereka bisa hidup dengan aman, mendapatkan layanan medis, dan semua kebutuhan lainnya," katanya.
Raja Abdullah mengatakan selama pertemuan bahwa masalah ini akan dibahas lebih lanjut dan kedua pihak sebaiknya "menunggu sampai Mesir" dapat mengajukan ide mereka.
Kesepakatan dengan Mesir diyakini sebagai proposal untuk pemerintahan masa depan Gaza, yang didukung oleh negara-negara Arab lain sebagai upaya untuk menghalangi rencana Trump.
Meskipun masih dalam tahap perumusan, proposal ini diperkirakan melibatkan pemerintahan lokal yang terdiri dari para teknokrat Palestina di Gaza, tanpa afiliasi dengan faksi mana pun, termasuk Hamas.
Sejak pertama kali mengungkapkan proposal AS dalam konferensi pers pekan lalu bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump terus menegaskan kembali rencananya untuk Gaza, dengan mengatakan bahwa ia "berkomitmen untuk membeli dan memilikinya."
Dalam wawancara dengan Fox News yang disiarkan awal pekan ini, Trump mengatakan bahwa dua juta penduduk Gaza akan direlokasi dan tidak memiliki hak untuk kembali.
"Mereka tidak akan [kembali], karena mereka akan mendapatkan perumahan yang jauh lebih baik," katanya. "Saya berbicara tentang membangun tempat tinggal permanen bagi mereka." (BBC/Z-3)
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI memastikan lebih dari 70 warga negara Indonesia (WNI) dari 97 WNI yang dievakuasi dari Iran telah tiba di Indonesia hingga Jumat (27/6).
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI menyatakan bahwa puluhan WNI yang tertahan di Israel, Yordania, dan Iran sudah kembali dengan aman dengan bantuan dari Kedutaan Besar RI (KBRI) Amman.
TIM nasional Yordania mencetak sejarah dengan lolos ke Piala Dunia 2026.
BADAN PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pada Jumat (30/5) menyampaikan peringatan karena bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza terus terhambat.
PIHAK berwenang Yordania memblokir akses ke situs web Middle East Eye setelah situs web tersebut menerbitkan investigasi tentang biaya selangit saat pengiriman bantuan Gaza.
Menteri Dalam Negeri Yordania juga menyatakan bahwa bergabung dengan kelompok Ikhwanul Muslimin, kelompok oposisi paling vokal di negara tersebut, adalah ilegal.
Presiden Prabowo dan Raja Yordania Abdullah II dijadwalkan mengawali pertemuan dengan perbincangan dua mata yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral para menteri.
Raja Abdullah II dari Yordania menjadi pemimpin Arab pertama yang bertemu dengan Presiden Donald Trump sejak masa jabatan kedua Trump dimulai.
Ratu Rania tampak sangat bahagia dan penuh kasih setelah putra sulungnya, Pangeran Mahkota Hussein, dan istrinya, Putri Rajwa, menyambut kelahiran Putri Iman.
Raja Abdullah II dari Yordania menyatakan upaya diplomatik negaranya memiliki dampak positif dan menegaskan kewajiban Yordania untuk mendukung Palestina.
PARA pemimpin Yordania, Mesir, dan Palestina akan mengadakan pertemuan puncak di kota Aqaba, Yordania, pada Rabu (10/1) untuk membahas situasi di Jalur Gaza di Palestina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved