Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Ditanggapi Skeptis oleh Publik Sendiri

(AFP/Forbes/Ihs/I-1)
25/10/2016 00:55
Ditanggapi Skeptis oleh Publik Sendiri
(AFP / TED ALJIBE)

KUNJUNGAN empat hari Presiden Filipina Rodrigo Duterte ke Tiongkok yang berulang kali menyuarakan kritik keras terhadap Amerika Serikat (AS) dan permohonan untuk bantuan ekonomi dari 'Negeri Tirai Bambu' tersebut ditanggapi skeptis oleh publik dalam negeri Filipina sendiri. Meskipun di media sosial sejumlah dukungan diberikan atas beralihnya poros diplomatik Duterte dari AS, media utama di Filipina sendiri masih mempertanyakan sikap penuh hormat yang dilakukan presiden berusia 70 tahun tersebut selama di Tiongkok.

"Media mengatakan hal tersebut tidak seharusnya dilakukan dengan begitu hormat kepada negara yang telah menduduki wilayah Filipina dan yang telah memberikan bantuan tetapi diabaikan selama badai Haiyan," ujar Richard Heydarian, profesor ilmu politik di De La Salle University, Manila. Menurut Heydarian, saat ini Duterte tengah populer untuk membentuk sentimen publik dan memperbaiki lawan, tetapi tidak memberi jaminan di masa depan. "Dia (Duterte) beruntung, ini periode bulan madu baginya," tambahnya.

Heydarian juga mengatakan kinerja Duterte di Tiongkok telah dengan sangat hati-hati dikalibrasi untuk mendapatkan penawaran yang diperlukan perekonomian Filipina. Mantan menteri luar negeri Filipina, Albert del Rosario, yang membawa kasus Laut China Selatan melawan Tiongkok ke Arbitrase Internasional juga mengkritik arah kebijakan luar negeri Filipina yang menyingkirkan AS dan mendukung negara lain. "Baru-baru itu dapat dirasakan bahwa kebijakan luar negeri kita tampaknya telah keluar jalur," ujar Rosario. Sementara itu, penduduk Filipina masih menebak apakah Duterte serius dengan apa yang dikatakannya ataukah hanya membual.

Namun, ketika Duterte kemudian mendesakkan pembentukan aliansi dengan Tiongkok, seperti yang saat ini dilakukannya, banyak yang kemudian berharap Duterte tidak benar-benar serius dan mendesak pemerintah untuk lebih berhati-hati. "Perlahan-lahan, tidak tiba-tiba dan langsung," ujar Lenilyn Deloy, 42, penduduk Cagayan de Oro, Filipina.
Uskup Agung Katolik di Filipina Antonio Ledesma juga mengatakan pemerintah harus memperjelas hak kedaulatan teritorium Filipina ke dunia.

"Saya pikir kita semua prihatin tentang penguasaan Tiongkok di pulau-pulau lepas pantai Filipina. Jadi, saya pikir itu harus menjadi faktor penyeimbang bahkan jika kita membuka hubungan dengan Tiongkok," ujarnya. Sebelumnya pada Juni lalu, sebuah survei yang dilakukan lembaga peneliti Social Weather Stations menunjukkan 51% penduduk Filipina hanya memiliki sedikit kepercayaan terhadap Tiongkok dan 19% lainnya ragu-ragu.

Sementara itu, sisanya mengatakan mereka percaya kepada Tiongkok dan percaya negara tersebut akan memberikan bantuan seperti infrastruktur yang tidak bisa didapatkan dari AS. Namun, beberapa penduduk Filipina juga percaya bahwa Tiongkok akan mengambil sumber daya dari negara-negara miskin dengan upaya membantu pembangunan ekonomi.
Filipina membutuhkan bantuan infrastruktur dan investasi manufaktur yang telah diberikan Tiongkok di negara lain di Asia Tenggara. (AFP/Forbes/Ihs/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya