Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
RODRIGO Duterte baru menduduki kursi kepresidenan tidak lebih dari lima bulan. Namun, mantan Wali Kota Davao tersebut telah berbelok arah Filipina dalam hubungan diplomatiknya. Sebelumnya, selama beberapa dekade, poros diplomatik negara tersebut berkiblat pada Amerika Serikat (AS). Kini Duterte mengubah kendali kebijakan mengarah ke Tiongkok. Padahal, Tiongkok bukanlah negara yang memiliki hubungan yang erat dengan Filipina. Filipina dan Tiongkok memiliki persoalan pelik terkait dengan sengketa wilayah di Luat China Selatan.
Bahkan, pengadilan arbitrase internasional telah mematahkah klaim Tiongkok atas wilayah di Laut China Selatan yang diklaim Filipina. Keputusan tersebut telah membuat Tiongkok naik pitam. Sebaliknya, dengan keputusan itu, 'Negeri Paman Sam' berharap Filipina terus menekan Tiongkok dengan tegas.
Persoalan pelik yang membuat hubungan memanas antara Filipina dan Tiongkok itu justru telah diabaikan Duterte. Pekan lalu, Duterte melakukan kunjungan kenegaraan ke Beijing selama empat hari. Setelah bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, ia menegaskan bahwa Filipina telah 'bercerai' dengan AS. Arah kebijakan luar negeri yang ditegaskan Duterte dapat dikatakan sangat 'dramatis'. Pasalnya, penduluhunya, Presiden Benigno Aquino III justru selalu bersikap tegas terhadap 'Negeri Tirai Bambu'. Kapal patroli Tiongkok kerap mengusir dan mengancam para nelayan Filipina di perairan sengketa.
Berbeda dengan Aquino, Duterte merangkul erat Tiongkok. Persoalan sengketa wilayah di Laut China Selatan pun telah menjadi isu yang tabu dibicarakan dalam kunjungannya ke Tiongkok. Ia dan Xi Jinping lebih memfokuskan pada kerja sama ekonomi antarkedua negara. "Ini (sengketa wilayah di Laut China Selatan) adalah tentang bagaimana dua negara bertetangga yang sama-sama baik dan harus memperlakukan satu sama lain dengan baik pula," kata Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
"Siapa pun yang benar-benar menginginkan perdamaian, stabilitas, pembangunan, dan kemakmuran di Asia Pasifik harus menyambut kunjungan Duterte ini," tegas Hua. Tidak mengherankan saat menginjak kakinya di Beijing, Duterte langsung mengeluarkan pernyataan provokatif. "Hanya Tiongkok yang dapat membantu kita," ujarnya. Ia menambahkan, Filipina tidak mendapat keuntungan dalam hubungan dengan AS. Bara kebencian Duterte terhadap sekutunya, AS, yang diungkapkan itu bukan hanya saat kunjungannya ke Tiongkok. Sebelumnya, pria yang dijuluki 'digong' itu sempat berang dan mengatakan Presiden AS Barack Obama dengan sebutan 'anak pelacur'.
Kegeraman Duterte terhadap Obama terkait dengan kritik pemerintah AS yang memasalahkan kebijakan keras Filipina dalam memberantas kejahatan narkoba. Otoritas AS menilai aksi pembunuhan para penjahat narkoba sebagai tindak yang tak menghormati hak asasi manusia. Sebelum kunjungan ke Beijing, Duterte menegaskan pihaknya akan menghentikan patroli bersama Filipia-AS di wilayah Laut China Selatan. Bahkan, latihan militer kedua negara yang telah rutin dilakukan pun siap ditiadakan pada tahun depan.
Manila sebagai pion
Laut China Selatan yang disengketakan antara Tiongkok dan beberapa negara ASEAN ialah wilayah strategis bagi Washington kendati AS bukanlah pihak yang bersengketa langsung di kawasan tersebut. Namun, peningkatan ketegangan di wilayah tersebut disebutkan bakal menguntungkan AS. Apalagi, negara adidaya itu tengah membangun poros Washington-Asia Pasifik. Negara yang dijuluki 'globocop' itu juga berusaha mengikis pengaruh dari Tiongkok di kawasan tersebut.
Dalam sebuah editorial surat kabar Global Time, kelompok nasionalis Tiongkok mengatakan Washington telah memperlakukan Manila 'sebagai pion'. Kini, Duterte dikatakan tengah mendesain ulang kebijakan luar negeri Filipina berdasarkan kepentingan Filipina.
Fokus kerja sama ekonomi
Dalam kunjungan ke Beijing, Duterte lebih memilih untuk bersikap pragmatis. Ia mengabaikan isu yang bisa memanaskan hubungan antara Beijing dan Manila. Persoalan kemitraan dalam bidang ekonomi pun dijadikan fokus pembicaraan Duterte dan pemimpin Tiongkok. Duterte berharap Beijing akan mencabut larangan impor pisang dari Filipina. Sanksi tersebut diberlakukan dikaitkan sikap keras Filipina terhadap Beijing dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan. Tiongkok pun telah menyambut harapan Duterte.
Juru bicara Kemenlu Tiongkok, Hua, mengatakan kedua negara telah menyepakati kerja sama infrastruktur dan proyek-proyek pembangunan ekonomi. Beijing mendukung perang Duterte terhadap narkoba secara antusias. Hua memuji Duterte yang membuat kebijakan tegas untuk menjamin ketertiban sosial dan keamanan publik di dalam negerinya. Ia menambahkan bahwa kedua belah pihak siap menjalin komunikasi yang erat tentang kerja sama dalam perang terhadap narkoba.
Dalam sambutanya, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengatakan kunjungan Duterte merupakan sesuatu yang bersejarah dalam hubungan kedua negara. Duterte telah disambut seakan sebagai sahabat karib yang telah lama menghilang. Namun, banyak pihak berpendapat pergeseran dari kemesraan Filipina yang membelokkan menuju Beijing dan meninggalkan Washington disebut sebagai sebuah langkah yang bisa memiliki dampak besar pada dinamika kekuatan regional. Baik AS yang dikenal sebagai negara adidaya maupun Tiongkok yang berambisi menjadi negara adidaya dinilai tengah berlomba meraih pengaruh di kawasan Asia.
Tiongkok pun menyambut baik kedatangan Duterte ke Beijing. "Ini adalah kunjungan bersejarah dan memberikan kesempatan bagi hubungan antara Tiongkok dan Filipina untuk memulainya lagi secara baru dan segar dengan pijakan yang lebih positif," kata Wang. Selama di bawah kepemimpinan Benigno Aquino III, aliansi AS-Filipina tumbuh dengan mesra. Seperempat abad pascagelombang anti-AS, Manila memberi akses lebih luas bagi sekutunya, AS, untuk melawan Tiongkok secara tegas. Kebijakan Obama dengan poros Washington-Asia Pasifik mencapai langkah yang diimpikan. Diplomat AS untuk Asia Timur Daniel Russel menilai kian menjauhnya Washington dan Manila ialah dambaan dari Beijing.(AFP/AP/Time/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved