JUMLAH tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tewas akibat kapal tenggelam di Malaysia, menurut Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, kemarin, bertambah dari 24 menjadi 29 orang termasuk satu balita.
Wakil Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono menyatakan, hingga kemarin, sudah ada 10 jenazah yang teridentifikasi. "Proses identifikasi terus berkembang, masih perlu pembuktian melalui pencocokan DNA," kata Hermono. Ia menambahkan proses pengambilan sampel DNA dilakukan tim Disaster Victim Identification Kepolisian RI.
Hermono juga mengumumkan KBRI membuka posko di Ipoh, ibu kota Negara Bagian Perak, Malaysia, yang menjadi tempat penyimpanan jenazah sementara. Posko itu dibuka guna memfasilitasi keluarga yang hendak melihat langsung jenazah di Rumah Sakit Ipoh.
KBRI pun tengah mengupayakan pemulangan korban selamat yang hingga kemarin berjumlah 20 orang. Proses pemulangan akan menghadapi kendala karena seluruh TKI penumpang kapal itu termasuk ilegal. "KBRI sedang mengupayakan agar TKI yang selamat dapat diizinkan pulang tanpa proses hukum," kata Hermono.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri R, Lalu Muhammad Iqbal menambahkan jenazah yang telah teridentifikasi sepenuhnya akan dibawa pulang ke Indonesia secepatnya.
Di Jawa Timur, keluarga enam TKI asal Desa Plakpak, Kecamatan Pegantengan, Kabupaten Pamekasan, yang ikut menumpang kapal nahas itu mengaku masih menunggu informasi. Keenam korban merupakan satu keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dua anak, dan dua menantu. "Ada beberapa kerabat yang berangkat ke Malaysia untuk membantu pencarian dan kami masih menunggu kabar," kata Abdul Aziz, kerabat keenam TKI.
Adapun anggota Komisi IX DPR Irma Suryani menyampaikan rasa duka atas peristiwa tenggelamnya kapal TKI itu. "Dengan memperketat pengawasan perbatasan yang menjadi jalur ilegal, kita berharap bisa mengurangi pengiriman TKI ilegal dan peristiwa yang memilukan semacam ini tidak terulang," ungkapnya.
Kapal pengangkut TKI ilegal yang tenggelam pada Kamis (3/9) di kawasan Sabak Bernam, Selangor, Malaysia, itu diperkirakan dipenuhi 70-80 penumpang padahal kapasitas kapal berkisar 15 orang saja. Menurut Kepala Polisi Distrik Hilir Perak Mohd Shuhaily Mohd Zain, operasi pencarian dan penyelamatan telah diperluas hingga 25 mil laut dari lokasi kejadian. "Tim SAR percaya bahwa korban tewas bisa saja terbawa ombak dan angin," ujarnya, dilansir kantor berita Malaysia Bernama.
Dari investigasi yang telah dilakukan, Shuhaily menerangkan, "Ada beberapa penumpang memang memiliki dokumen perjalanan tetapi mereka telah overstay di Malaysia dan memutuskan untuk kembali ke desa mereka secara ilegal.(Fox/Kim/MG/I-1)