Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
DESA Hakuba di Nagano, Jepang, tidak asing di telinga para pecinta olahraga selancar di atas salju atau ski. Wilayah yang dapat ditempuh dengan transportasi darat dari Tokyo selama empat jam itu sangat bersih.
Kebersihan di Hakuba terjaga oleh tradisi masyarakat Jepang ditambah lagi oleh kampanye menarik wisatawan. Tidak ada satu pun titik di daerah dengan populasi sekitar 8.500 jiwa ini yang dipenuhi sampah.
Desa ini kerap didatangi wisatawan lokal sekitar 90% dari 2 juta orang per tahun. Sisanya adalah turis mancanegara yang didominasi dari Australia.
Baca juga: Desa Wisata Hakuba Bangkit Pascapandemi Covid-19
Terdapat sekitar 7.000 penginapan yang dikelola secara turun temurun oleh masing-masing penduduknya. Pengelola home stay dengan rata-rata biaya menginap Rp900 ribu per malam untuk setiap orang itu menyiapkan empat tempat sampah.
Keempatnya sebagai ruang pemilahan untuk kertas, botol plastik, botol kaca dan sampah organik.
"Hakuba juga memiliki tempat penampungan sampah dan tempat daur ulang," kata seorang pemilik home stay di Hakuba, Ryouzou Iwai, 63, saat ditemui Media Indonesia, Minggu (19/2).
Ia mengatakan sejak 20 tahun silam, masyarakat Jepang, khususnya di Hakuba, telah mengategorikan jenis sampah. Secara luas, sampah dikategorikan ke dalam dua golongan yakni yang mudah terbakar dan tidak.
Setiap wilayah, kata dia, telah memiliki tempat daur ulang sampah. Paling besar terdapat di Tokyo.
Salah satu manfaat dari daur ulang, lanjut dan dia, sampah dapat digunakan untuk membuat pulau reklamasi.
"Beberapa tempat telah dijadikan daratan atau reklamasi dengan menggunakan sampah. Itu contohnya Pulau Drama," jelasnya.
Pemilik penginapan yang dapat menampung 59 orang itu mengatakan masyarakat Jepang secara tradisi sudah ditanamkan kedisiplinan dan kebersihan. Dengan begitu, mayoritas penduduk Negeri Sakura tidak pernah membuang sampah selain pada tempatnya.
"Tidak ada denda besar untuk individu yang lalai dalam membuang sampah. Secara pribadi itu yang saya tahu. Tapi denda besar diberikan kepada perusahaan," tegasnya.
Instruktur ski di Hakuba ini juga menyatakan masyarakat Jepang selalu membuang sampah hanya di tempat yang berada di rumah atau di penginapan. Selain itu, masyarakat Jepang akan membawa sampah pribadinya dan pemerintah tidak menyediakan tempat sampah di fasilitas umum.
"Saya pernah melihat sampah berserakan di mana-mana di seluruh Jepang. Itu ketika banyak orang asing datang tepatnya saat pelaksanaan Olimpiade Tokyo, selain itu tidak ada karena kesadaran masyarakat Jepang untuk menjaga lingkungannya tetap asri," pungkasnya. (OL-1)
INDONESIA, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, menjadi tuan rumah International Islamic Expo (IIE) 2025 ke-15 di JCC Senayan, pada 11-13 Juli.
Monas dapat dioptimalkan sebagai botanical garden atau kebun botani yang memberikan ruang edukasi dan konservasi flora nusantara serta pusat riset tanaman langka khas Indonesia.
Peresmian ini juga menandai lahirnya Hari Festival Desa Wisata Amping Parak, yang akan masuk dalam kalender resmi pariwisata nagari.
Pacu Jalur sendiri diyakini telah ada sejak abad ke-17. Lebih dari sekadar perlombaan, tradisi ini menjadi simbol gotong royong khas bangsa Indonesia.
Audi Sitorus menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Toba siap mendukung hal-hal yang sifatnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Java Balloon Attraction tahun ini merupakan salah satu agenda unggulan dari rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-200 Wonosobo
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved