Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) meminta negara-negara di kawasan Asia Tenggara mempercepat peningkatan cakupan vaksinasi COVID-19 primer (vaksinasi dosis pertama dan kedua).
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers WHO yang diterima di Jakarta, Jumat, Direktur Regional WHO Asia Tenggara Poonam Khetrapal Singh menekankan pentingnya vaksinasi untuk meningkatkan perlindungan terhadap serangan COVID-19 serta menurunkan risiko keparahan dan kematian akibat penyakit tersebut.
Dia mengatakan bahwa beberapa negara di Asia Tenggara telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dengan cakupan vaksinasi primer mencapai 70 persen dari total populasi hingga akhir Juni 2022.
Menurut data WHO, cakupan vaksinasi COVID-19 primer sudah mencapai 89 persen di Bhutan; 79,9 persen di Thailand; 70,4 persen di Maladewa; dan 70,2 persen di Bangladesh.
Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan RI pada 1 Juli 2022, jumlah penduduk yang sudah mendapat vaksinasi primer mencapai 169.071.865 orang atau 81,18 persen dari total 208.265.720 penduduk yang menjadi sasaran vaksinasi COVID-19.
Baca juga: Konferensi Ulama Muslim di Malaysia Usulkan Pembentukan Majelis Ulama Asia Tenggara
"Kita harus fokus pada pencapaian cakupan vaksinasi yang tinggi dengan cepat. Memprioritaskan petugas kesehatan, masyarakat lanjut usia, mereka yang memiliki komorbid, dan ibu hamil," kata Khetrapal Singh.
Menurut dia, percepatan peningkatan cakupan vaksinasi pada kelompok petugas pelayanan kesehatan dan pekerja garda terdepan lain, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki penyakit penyerta akan efektif menekan angka kematian akibat COVID-19.
Khetrapal Singh juga mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir dan negara-negara perlu meningkatkan upaya untuk melindungi warganya dari penularan COVID-19.
Meski dunia sudah dilanda "kelelahan" akibat pandemi, ia mengatakan, cakupan vaksinasi di seluruh negara perlu terus ditingkatkan.
"COVID-19 bukanlah penyakit ringan, meskipun dalam keadaan fit dan sehat tidak ada jaminan bahwa infeksinya akan ringan. Vaksinasi meningkatkan kemungkinan mencegah bentuk parah COVID-19 yang dapat mengakibatkan rawat inap, kematian, atau komplikasi jangka panjang," katanya.(OL-4)
Pemberian MPASI memiliki syarat yakni aman dan higenis. Makanan yang diberikan tidak bisa sembarang karena daya tahan tubuh anak dengan umur tersebut tidak sekuat usia remaja maupun dewasa.
Jangka pendek, bahaya timbel bisa masuk ke tubuh melalui inhalasi atau ingesti yang dihirup atau pun melalui makanan yang terserap oleh darah dan mengganggu fungsi organ.
Keterlambatan motorik pada anak bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan serius seperti hidrosefalus, palsi serebral, dan skizensefali.
Federation Dental International dan WHO menargetkan anak usia 5-6 tahun setidaknya 50% di antaranya harus bebas dari karies gigi di setiap negara.
Tidak ada bukti bahwa virus itu dapat ditularkan oleh serangga pengisap darah yang menyebarkan demam berdarah dan penyakit lain ketika menggigit manusia.
Target WHO tampak reasonable, tapi kecil kemungkinan terealisasi pada tahun ini. Untuk mencapainya, perlu upaya super: supermasif, superglobal, dan superserius
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved