Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
Wahai kaum urban, ngemal yuk! Ketika covid-19 melandai dan sinyal pelonggaran pembatasan mulai terlihat, mari kembali jajan, nonton dan tentu saja belanja di pusat belanja. Nyatanya, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, yang di antaranya disumbangkan dari penjualan ritel di mal, mencapai Rp 9,24 kuadriliun pada 2021 atau 54,42% dari total PDB senilai Rp16,97 kuadriliun. Jadi, kebangkitan ekonomi juga ditandai dengan ramainya kembali mal, tentunya untuk mencapai target pertumbuhan konsumsi masyarakat yang sebelum pandemi bisa mencapai 5%. Konsumsi naik, ekonomi pun diharapkan tumbuh mengejar target 5,2% pada 2022!
Namun, tentu saja mesti pandai memilih mal yang bukan cuma tenant-nyasaja yang seru, tapi juga menjamin keamanan dan kenyamanan pengunjungnya ketika hingga kini, disiplin prokes masih diperlukan. Bukan cuma keharusan memindai kode aplikasi PeduliLindungi, mal yang bisa masuk dalam daftar destinasi buat healing kaum urban mestinya melakukan upaya lebih.
Topik tentang mal yang adaptif di masa pandemi serta strategi berbagai institusi untuk mengubah musibah pandemi menjadi berkah dengan mengimplementasikan transformasi digital dikupas dalam NEC Visionary Day ASEAN 2022 yang digelar daring pada Kamis (10/3).
Topik tentang adaptasi mal untuk tetap relevan bertajuk Reshaping The Future of Shopping Mall. Kupasan itu menjadi salah satu dari 15 sesi diskusi yang melibatkan korporasi serta perwakilan institusi dari negara-negara anggota ASEAN. “Indonesia dengan besarnya jumlah generasi muda dan kelas menengah telah memacu kami membuka mal pertama di BSD, Serpong, Banten pada 2015 dan kini telah ada tiga AEON Mall lainnya yaitu di Jakarta Garden City, Sentul City serta Tanjung Barat. Tentunya kami harus terus beradaptasi, salah satu perangkat utamanya adalah transformasi digital,” kata President Director AEON Mall Indonesia Daisuke Isobe.
Strategi yang ditempuh AEON Mall itu, kata President Director NEC Indonesia Joji Yamamoto mengafirmasi data tentang meningkatkan anggaran TI di berbagai sektor. “Karena pandemi memacu lahirnya teknologi baru, yang bersifat remote, transparan, minim kontak serta otomatis,” kata Yamamoto.
Sampai kafe, sudah tersaji
Implementasi digitalisasi di pusat belanja, kata Daisuke, peluncuran AEON Mall Mobile App. Aplikasi itu memungkinkan pengunjung memesan makanan agar mempersingkat waktu tunggu, membayar dengan uang elektronik, serta mengarahkan ke lokasi tempat belanja dan jajan.
“Ada pula NEC’s Passer Counting solution, sehingga kami dapat menghitung dan memantau fluktuasi pengunjung, sistem ini tidak akan mengganggu perlindungan data pribadi. Kami memasang sensor di pintu masuk, keluar serta berbagai lokasi. Mal dapat memperoleh informasi tentang lalu lintas dan perilaku pengunjung. Bagi konsumen, bonusnya adalah promosi, potongan harga serta sistem poin. Transformasi ini kami yakini bisa menumbuhkan optimisme di masa yang masih menantang ini, ketika jumlah pengunjung turun 50%,” ujar Daisuke.
Selain digitalisasi pada korporasi mal, NEC Visionary Day ASEAN 2022 juga mengupas upaya serupa di sektor rumah sakit, keuangan hingga dan perbankan. President & CEO NEC Asia-Pacific Koichiro Koide menyatakan transformasi digital yang menjadi kunci sukses bertahan dan bertumbuh di masa pandemi memerlukan kolaborasi antar pemangku kepentingan, termasuk dukungan pemerintah sebagai regulator. “Ini bukan semata acara eksebisi namun untuk mendorong kolaborasi antar industri dan lintas negara.”
Pertumbuhan eksponensial di masa pandemi
Kisah optimisme transformasi digital yang dilakukan perusahaan yang beroperasi di Indonesia lainnya dipaparkan Deputi President Direktur BCA Armand Wahyudi Hartono pada sesi Fireside Chat, Re-Imagining the New Normal in ASEAN: The Promise of Digital.
“Kami bertumbuh cepat dan cukup eksponensial selama pandemi, jumlah nasabah kami bertumbuh berkali-kali lipat, transaksi naik lebih dari tiga kali lipat. Tujuan kami selalu menjadi yang terbaik, termurah, tercepat , teraman dalam semua situasi dan kondisi. Strategi kami, membuat semuanya dalam transformasi berkelanjutan,” ujar Armand.
Berkah pandemi itu, kata Armand diikuti kebutuhan analisa data, sistem komputasi, serta analisa machine learning dan kecerdasan buatan. Pertumbuhan transaksi juga kemudian diikuti kebutuhan keamanan siber, sedangkan pertumbuhan nasabah serta ekosistemnya membuat BCA harus terus terhubung dengan ekosistem.
“Aplikasi kami kini juga bisa digunakan nasabah pesan taksi, berbelanja kebutuhan bulanan, hingga membeli tiket bioskop. Kami pastikan nasabah aman dan nyaman. Kami juga membutuhkan komponen kecerdasan buatan, machine learning untuk mendeteksi anomali, fraud serta meningkatkan pengalaman nasabah. Jadi, transformasi benar-benar terjadi pada kami dan dipacu oleh besarnya jumlah nasabah yang juga perlu kami yakinkan, mereka benar-benar terlibat dalam transformasi ini.”
ASEAN, perjumpaan dua ekstrem
Ketika AEON Mall Indonesia beradaptasi dengan kondisi negeri ini, dengan mengadopsi aplikasi PeduliLindungi serta berkolaborasi dengan produk keuangan elektronik yang dikembangkan decacorn lokal, Gojek , dalam sistem pembayaran di aplikasi AEON Mall Mobile App, urgensi pemahaman tentang situasi lokal juga dipaparkan Armand.
“Di ASEAN, terdapat yang terbaik dari kedua dunia, situasi serba digital dan sebaliknya, semua masih tunai. Di beberapa titik di ASEAN, sangat digital, bahkan lebih digital daripada kebanyakan negara maju. Namun ada pula yang masih sangat berbasis tunai. Indonesia memiliki kedua ekstrem itu. Jadi bagi kami, semuanya adalah ekosistem dan menjadi kesempatan kami untuk mendorong menjadi lebih digital,” kata Armand.
Armand menegaskan, di Malaysia terdapat sistem nasional MyDIGITAL, sedangkan di Indonesia inisiatif tersebut berwujud langkah BCA bersama bank lain serta Bank Indonesia yang menyepakati standar dan cetak biru digitalisasi. Langkah itu juga melibatkan UKM dan nasabah. “Kami sangat terkejut, selama pandemi, UKM dan nasabah kami mempercepat adopsinya.”
Sementara terkait keamanan, sebagai aspek terpenting dalam digitalisasi perbankan serta kaitannya dengan edukasi nasabah sesuai kondisi lokal, Armand menyatakan sumber kebocoran selalu manusia. “Tidak peduli seberapa aman rumah, jika Anda memberikan kunci kepada seseorang, ia dapat masuk,” kata Armand.
Guna mengantisipasinya, Armand menyatakan BCA kini menerapkan teknologi dan proses yang dapat mendeteksi anomali, machine learning dan komponen kecerdasan buatan. “Ketika ada perilaku, tanda tangan dan perilaku mencurigakan, kami memperingatkan pelanggan, tim di bank atau menghentikan transaksi dan seterusnya. Kita perlu memastikan sistem, jaringan, karyawan serta semua orang dalam sistem memahami sistem keamanan ini. Kita perlu mengedukasi dan membuatnya tidak teknis serta ramah pengguna.”
Bagian tersulit, kata Armand, mendidik tim dan nasabah. Setiap kali fitur keamanan baru diterapkan, misalnya biometrik wajah, edukasi harus dilakukan pada karyawan serta nasabah. Tim dilatih dengan aneka permainan, email dan penipuan palsu dalam metode yang seru. “Kami juga meminta nasabah dan komunitas untuk mendidik anggotanya.”
Adaptasi pada situasi lokal itu, menurut President & CEO NEC Asia-Pacific Koichiro Koide sesuai dengan kondisi ASEAN yang unik. Singapura dan Indonesia misalnya, ukuran negara, populasi, pertumbuhan PDB, PDB per kapita, semuanya sama sekali berbeda. “Itu berarti tidak ada solusi unik tunggal untuk ASEAN,” kata Koide.
Koide menyatakan pihaknya memanfaatkan pengalaman global, bekerja dalam kondisi berbeda di berbagai negara, termasuk saat mendukung implementasi nomor induk kependudukan pada 1,3 miliar penduduk India. “Jadi, dengan menggabungkan pendekatan pengalaman dari bawah ke atas, saya yakin bisa menjadi platform untuk mendukung pertumbuhan sosial ekonomi dunia, menciptakan kesempatan untuk memaksimalkan situasi yang ada. Untuk tujuan tersebut, yang terpenting tidak hanya teknologi, tetapi juga sudut pandang pengguna atau kondisi lokal.” (X-16)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved