Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wellington terus berupaya mencari tahu kondisi lima WNI yang berada di Tonga, pasca letusan gunung berapi bawah laut Hunga-Tonga-Hunga Ha’apao hingga menimbulkan gelombang tsunami pada Sabtu (15/1) lalu.
“Memasuki hari ke-4 pasca letusan, KBRI Wellington terus berupaya menghubungi lima orang WNI yang diketahui berada di Tonga saat kejadian,” ujar KBRI Wellington dalam pernyataan resmi, Rabu (19/1).
“KBRI Wellington juga secara intensif berkomunikasi dengan Pemerintah Selandia Baru, Konsul Tonga yang ada di Auckland dan Komisi Tinggi Tonga di Canberra, Australia untuk mengupayakan informasi mengenai kondisi para WNI di Tonga,” lanjut pernyataan tersebut.
KBRI Wellington mengimbau, jika terdapat anggota masyarakat yang memiliki informasi langsung mengenai keberadaan WNI di Tonga, agar menghubungi hotline KBRI Wellington pada nomor +6421713167. Informasi lain dapat pula disampaikan melalui email KBRI Wellington yakni [email protected].
Sebelumnya, pemerintah Tonga telah mengonfirmasi saat ini terdapat tiga orang korban jiwa yaitu satu orang warga negara Inggris berusia 65 tahun yang tinggal di Pulau Mango, dan dua orang warga negara Tonga salah satunya pria berusia 49 tahun yang tinggal di Pulau Nomuka. Terdapat juga sejumlah korban mengalami luka yang belum diketahui warga negaranya.
Letusan gunung mengakibatkan gugusan pulau di Tonga tertutup abu vulkanik dan gelombang tsunami setinggi 15 meter yang menghantam pesisir barat Pulau Tongatapu, ‘Eua, dan Ha’apai. Asesmen kerusakan awal tengah dilakukan oleh National Emergency Management Committee (NEMC) Pemerintah Tonga.
Sumber air bersih sangat terdampak abu vulkanik. Tim gabungan Pemerintah Tonga memulai asesmen kerusakan awal sejak Minggu (16/1) termasuk di desa pesisir Tongatapu. Transportasi melalui air dan udara juga terganggu di mana penerbangan internasional dan domestik dialihkan mengingat kondisi bandara yang tertutup abu.
Proses evakuasi telah dilakukan di sejumlah gugusan pulau dari Pulau Atata hingga Tongatapu, Pulau Mango dan Fonoifua hingga Nomuka. Di Kanokupolu, 21 rumah dikabarkan rusak total dan 35 lainnya rusak parah. Sementara itu, di Kolomotu’a delapan rumah rusak total dan 20 lainnya rusak parah serta 45 rumah dikabarkan rusak parah di Pulau ‘Eua.
Jalur komunikasi juga dikonfirmasi terputus termasuk sambungan internet akibat rusaknya jaringan kabel fiber optik. Komunikasi lokal dengan daerah Vava’u dan Ha’apai telah berhasil dilakukan melalui telepon satelit dan radio frekuensi tinggi meskipun sangat terbatas.
Komunikasi dengan daerah Niuas masih terputus total namun daerah tersebut tergolong risiko rendah karena jarak yang cukup jauh dari gunung Hunga-Tonga-Hunga Ha’apao. Upaya pemantauan terus dilakukan meskipun peringatan tsunami ditiadakan dan kegiatan volcano sudah mereda. (OL-12)
SEJAK tsunami Pangandaran pada 2006, tim peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN menyimpulkan bahwa tsunami raksasa di selatan Jawa memang pernah terjadi berulang. R
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah pesisir untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja.
KEKHAWATIRAN akan tsunami besar di wilayah Pasifik mulai mereda pada Rabu (30/7), setelah gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,8 mengguncang wilayah terpencil di Semenanjung Kamchatka, Rusia.
Pemerintah Jepang hingga saat ini masih belum mengakhiri peringatan tsunami imbas gempa Rusia dengan magnitudo 8,8 yang terjadi pada Rabu, 30 Juli 2025.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Rabu (30/7) malam, resmi mengakhiri peringatan tsunami yang sebelumnya dikeluarkan pascagempa Kamchatka di Rusia.
GEMPA bumi yang terjadi di Kamchatka, Rusia sebesar Magnitudo 8,7 dapat meminimalisir jumlah korban didukung karena sistem peringatan dini yang sangat baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved