Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Jelang Pemilu Aparat Filipina Siaga Penuh

Yanurisa Ananta
09/5/2016 07:40
Jelang Pemilu Aparat Filipina Siaga Penuh
(AFP / TED ALJIBE)

JELANG sehari pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres), aparat Filipina bersiaga penuh.

Sebagaimana sebelumnya, pilpres di negara itu kerap diwarnai dengan kekerasan.

Kondisi tersebut diperparah dengan undang-undang kepemilikan senjata yang lemah.

Untuk mengantisipasi kerusuhan pilpres yang digelar hari ini, pemerintah setempat mengerahkan 90% dari 135 ribu anggota aparat kepolisian.

Mereka telah ditempatkan dan berjaga-jaga di sejumlah titik sejak Minggu (8/5).

Polisi juga ditugasi menjaga beberapa pos pemilu.

Mereka pun memiliki kewenangan untuk menyelidiki dan memeriksa warga yang dicurigai.

Dalam menjalan tugas, mereka dilengkapi senjata serbu laras panjang.

Kepala Kepolisian Filipina, Inspektur Senior Jonathan del Rosario, kemarin, menjelaskan pengerahan polisi dilakukan setelah korban jiwa berkaitan dengan kekerasan pemilu.

Data statistik polisi nasional menyebutkan setidaknya ada 15 orang tewas selama masa kampanye.

Seorang anak perempuan berusia sembilan tahun dilaporkan tewas akibat ledakan granat di belakang rumah seorang panglima militer ternama di Provinsi Maguindanao pada Sabtu (7/5) malam.

Sejauh ini aparat keamanan masih belum menyimpulkan serangan granat tersebut terkait dengan pelaksanaan pilpres.

"Sepertinya ini berkaitan dengan pemilu, tapi kami harus menjalani proses terlebih dahulu," kata Del Rosario.

Di Filipina, kericuhan kerap mewarnai pelaksanaan pemilu.

Selama masa kampanye, sejumlah tokoh politik kerap saling tuduh telah melakukan tindakan korupsi dengan tujuan menjatuhkan lawan politik mereka.

Jual beli suara pun bukan hal yang janggal, melainkan telah menjadi hal lumrah.

"Pembeliaan suara ada di mana-mana. Kami menerima laporan bahwa segalanya digunakan untuk membeli suara, tidak hanya uang. Bisa bahan makanan atau baskom plastik," kata Komisaris Komisi Pemilu (Comelec) Luie Guia kepada AFP, Minggu (8/5).


Saling menjatuhkan

Presiden Filipina, Benigno Aquino, yang tidak boleh lagi mencalonkan diri turut menyerang calon presiden (capres) lain.

Ia memperingatkan masyarakatnya bahwa capres Rodrigo Duterte yang menjabat Wali Kota Davao ialah seorang diktator.

Duterte disebutnya akan membawa teror bagi Filipina.

Sebaliknya, Duterte menuding pemerintahan Aquino memiliki rencana 'kecurangan besar-besaran'.

Ia menuduh Aquino menginginkan mantan Menteri Dalam Negeri, Mar Roxas, untuk memenangi pilpres nanti.

Dalam pilpres kali ini, Filipina memiliki lima pasang calon. Pasangan yang diunggulkan ialah Jejomar Binay yang menjabat wakil presiden dan Gringo Honasan dari Partai Koalisi Aliansi Nasional Bersatu (UNA).

Kendati kontroversial, Duterte dari Partai PDP-Laban yang berpasangan dengan kandidat independen, Alan Peter Cayetano, termasuk yang diunggulkan. (AFP/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya