Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Julius dan Patapoutian Raih Nobel Kesehatan

Basuki Eka Purnama
05/10/2021 04:42
Julius dan Patapoutian Raih Nobel Kesehatan
Pemenang Nobel Kesehatan Ardem Patapoutian (kiri) dan David Julius.(AFP/Handout and Noah Berger)

ILMUWAN Amerika Serikat (AS) David Julius dan Ardem Patapoutian, Senin (4/10), memenangkan hadiah Nobel Kesehatan setelah menemukan reseptor untuk suhu dan sentuhan.

Penelitian keduanya, yang dilakukan secara terpisah pada akhir 1990-an dan 2000-an, kini, digunakan untuk mengembangkan pengobatan untuk berbagai macam penyakit dan kondisi, termasuk rasa sakit kronis.

Julius, yang pada 2019 memenangkan penghargaan Breakthrough Prize di bidang ilmu hayat mengaku terkejut kala menerima panggilan telepon dari Komite Nobel pada Senin (4/10) pagi.

Baca juga: Paus Fransiskus Ikut Serukan Upaya Bersama Atasi Perubahan Iklim

"Tidak ada yang menyangka akan memenangkan Hadiah Nobel. Saya sempat menyangka ini adalah kelakar,: ujar Julius kepada Radio Swedia.

Kemampuan manusia untuk merasakan panas, dingin, dan sentuhan adalah hal esensial dalam bertahan hidup, ujar Komite Nobel, dan menggarisbawahi interaksi manusia dengan dunia di sekitarnya.

"Penemuan bersejarah oleh pemenang Hadiah Nobel tahun ini membuat kita semua mengerti bagaimana panas, dingin, dan kekuatan mekanik bisa menginiasi rangsangan syaraf yang membuat manusia bisa beradaptasi dengan dunia," ujar Komite Nobel.

"Dalam kehidupan sehari-hari, kita menganggap remeh sensasi-sensasi itu padahal kita tidak tahu bagaimana syaraf menanggapi perubahan temperatur dan tekanan. Misteri itu berhasil diselesaikan oleh pemenang Hadiah Nobel tahun ini," lanjut komite itu.

Cabai

Julius, 65, diakui atas penelitiannya menggunakan capsaicin, zat dalam cabai yang memicu rasa terbakar, untuk mengidentifikasi sensor syaraf mana di kulit yang bekerja menanggapi rangsangan panas.

Tubuh manusia menghasilkan panas sebagai tanggapan terhadap inflamasi, sehingga kita bisa melindungi area yang terpengaruh dan membiarkannya menyembuhkan diri.

Julius, pada 2019, mengatakan di Scientific American bahwa dia mendapatkan ide mempelajari cabai setelah pergi berbelanja.

"Saya tengah melihat beberapa rak yang berisi cabai dan saos sambal dan kemudian berpikir, 'Ini adalah masalah penting namun menyenangkan. Saya harus mulai melakukan penelitian serius mengenainya'," papar Julius.

Adapun Patapoutian melakukan penyelidikan yang mengidentifikasi jenis sensor syaraf yang menanggapi sentuhan.

"Di ilmu pengetahuan, sering kali kita meremehkan hal yang sebenarnya sangat penting," ujar Patapoutian kepada laman daring Yayasan Nobel.

"Reseptor syaraf adalah gajah di dalam ruangan. Kita tahu hal itu ada, kita juga tahu itu melakukan hal yang berbeda dari sel lain, yaitu melalui reaksi kimia," lanjutnya.

Julius, dosen di University of California, dan Patapoutian, dosen di Scripps Research, akan berbagi hadiah uang senilai 10 juta kronor (sekitar Rp16,6 miliar). (AFP/OL-1)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya