Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Polisi Prancis Tembakkan Gas Air Mata ke Arah Demonstran Antipembatasan Covid-19

Basuki Eka Purnama, Nur Aivanni
15/7/2021 06:51
Polisi Prancis Tembakkan Gas Air Mata ke Arah Demonstran Antipembatasan Covid-19
Seorang demonstran menedang gas air mata yang ditembakkan polisi untuk membubarkan aksi protes di Paris, Prancis.(AFP/GEOFFROY VAN DER HASSELT)

POLISI di Paris, Rabu (13/7), menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran saat sekitar 19 ribu orang turun ke jalan di berbagai wilayah Prancis memprotes pembatasan covid-19.

Beberapa demonstran mulai berdatangan sejak pagi di Paris saat parade militer tahunan dalam rangka Hari Bastille digelar sepanjang Champs-Elysees.

Para demonstran marah dengan keputusan pemerintah Prancis pada Senin (12/7) yang mengharuskan pekerja kesehatan divaksin covid-19 dan mewajibkan warga menunjukkan kartu vaksinasi untuk masuk ke mayoritas lokasi publik.

Baca juga: Angka Kematian Akibat Covid-19 di Argentina Tembus 100 Ribu

Bagi warga yang tidak divaksin, misalnya, mereka harus menunjukkan surat berisi hasil negatif dari swab test untuk masuk ke restoran.

Sejak pengumuman itu, sejumlah besar warga Prancis mendaftarkan diri untuk divaksin.

"Ini atas nama kebebasan," bunyi sebuah spanduk yang dibawa para demonstran.

Di salah satu wilayah di ibu kota Prancis itu, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran.

Di Paris, aksi demonstrasi itu diikuti sekitar 2,250 orang. Aksi demonstrasi serupa juga digelar di Toulouse, Bordeaux, Montpelier, Nantes, dan tempat lain. Pemerintah Prancis memperkirakan jumlah demonstran adalah sekitar 19 ribu orang.

"Ini diktator! Tolak kartu vaksinasi!" teriak para demonstran.

"Macron memanfaatkan ketakutan warga. Ini menjijikan, Kini, orang memilih divaksin agar bisa pergi ke bioskop bukan karena ingin melindungi diri dan orang lain dari covid-19," ujar Yann Fontaine, yang ambil bagian dalam aksi demonstrasi di Paris.

Pemerintah Prancis, Selasa (13/7), membela keputusan untuk mewajibkan warga yang tidak divaksin melakukan swab test untuk makan di restoran atau melakukan perjalanan jauh dengan alasan agar tidak terjadi lonjakan kasus covid-19 varian Delta.

"Tidak pernah ada kewajiban divaksin," tegas juru bicara pemerintah Prancis Gabriel Attal.

"Saya tidak mengerti, di negara yang mewajibkan 11 macam vaksinasi, ini dianggap sebuah kediktatoran," imbuhnya sembari mengatakan warga Prancis seharusnya tidak meragukan keampuhan vaksin. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya