Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
KUBA, Senin (19/4), menandai berakhirnya sebuah era dengan berakhirnya kepemimpinan klan Castro, yang memimpin negara itu selama enam dekade. Kuba pun memiliki pemimpin sipil pertama mereka, Miguel Diaz-Canel.
Meski begitu, trasisi simbolis itu tidak akan menyebabkan perubahan kebijakan dramatis dalam sistem satu partai setelah Diaz-Canel menegaskan akan mempertahankan sistem itu.
"Hal paling revolusioner dari revolusi adalah selalu membela partai, sama dengan partai akan selalu mempertahankan revolusi," tegas Diaz-Canel.
Baca juga: Uni Eropa Koreksi Estimasi Pasukan Rusia di Perbatasan Ukraina
Diaz-Canel menambahkan mantan pemimpin Kuba, Raul Castro akan tetap dimintai pendapat mengenai keputusan strategis.
Meski telah pensiun, Castro akan memberikan arahan dan peringatan jika ada penyimpangan.
"Castro akan tetap siap menghadapi imperialisme sama seperti kala dia masih menopang senjata," kata Diaz-Canel.
Telah menjabat sebagai presiden sejak 2018, Diaz-Canel kini menduduki posisi paling senior yaitu sekretaris umum Partai Komunis Kuba (PCC).
Perubahan kekuasaan dalam kongres PCC selama empat hari di Havana menandai perubahan di negara berpenduduk 11,2 juta jiwa yang mayoritas tidak mengenal pemimpin selain dari klan Castro.
Fidel Castro, yang dipandang sebagai bapak dan penyelamat bangsa, memimpin Kuba dari 1959 hingga 2006, ketika dia sakit dan digantikan oleh adiknya, Raul. (AFP/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved