Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PBB menyampaikan bahwa negara-negara akan kehilangan semua target yang mereka tetapkan sendiri satu dekade lalu untuk melestarikan alam dan menyelamatkan keanekaragaman hayati yang vital di Bumi.
Dampak umat manusia pada alam selama lima dekade terakhir sangat dahsyat. Sejak 1970 hampir 70% hewan liar, burung, dan ikan telah punah, menurut penilaian WWF bulan ini. Tahun lalu, panel PBB tentang keanekaragaman hayati IPBES memperingatkan bahwa satu juta spesies menghadapi kepunahan karena aktivitas buatan manusia telah merusak tiga perempat daratan di Bumi dengan parah.
Baca juga: Victoria Laporkan Kasus Covid-19 Terendah sejak Juni
Pada tahun 2010, 190 negara anggota Konvensi PBB tentang Keanekaragaman Hayati berkomitmen pada rencana untuk membatasi kerusakan yang ditimbulkan pada alam di tahun 2020. Sejumlah 20 tujuan tersebut berkisar dari penghapusan subsidi bahan bakar fosil secara bertahap hingga membatasi hilangnya habitat dan melindungi stok ikan.
Namun dalam Global Biodiversity Outlook (GBO) terbarunya, yang dirilis Selasa, PBB mengatakan bahwa tidak satu pun dari tujuan ini akan terpenuhi.
"Kita saat ini, secara sistematis, memusnahkan semua makhluk hidup non-manusia," kata Anne Larigauderie, sekretaris eksekutif IPBES, kepada AFP.
Menjelang Sidang Umum PBB dan tahun diplomasi yang penting untuk alam dan iklim, penilaian tersebut mengatakan bahwa tidak ada target keanekaragaman hayati yang akan sepenuhnya terpenuhi. Sehingga merusak upaya untuk mengatasi perubahan iklim.
Pandemi virus korona telah membatalkan rencana untuk dua KTT besar keanekaragaman hayati tahun ini, yakni negosiasi COP15 dan kongres global Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam. Keduanya bertujuan untuk meningkatkan upaya pelestarian alam internasional yang targetnya mundur ke tahun 2021.
Larigauderie mengatakan, krisis kesehatan global harus menjadi seruan bagi para pemimpin dunia.
"Kami secara kolektif lebih memahami bahwa krisis ini terkait dengan segala sesuatu yang ingin kami diskusikan pada pembicaraan COP15 (di Tiongkok)," katanya.
Elizabeth Maruma Mrema, Sekretaris Eksekutif Konvensi Keanekaragaman Hayati, mengatakan kepada AFP bahwa masyarakat sadar akan pentingnya alam. Hal itu setelah berbagai penyakit hingga pada virus korona baru muncul.
"Situasi dengan Covid-19 telah menunjukkan dengan sangat jelas bahwa deforestasi, perambahan manusia ke alam liar, berdampak pada kehidupan kita sehari-hari," katanya.
"Masyarakat telah menyadari bahwa spesies yang paling berbahaya adalah kita, manusia, dan bahwa mereka sendiri perlu berperan serta menekan industri untuk berubah." imbuhnya.
Penilaian tersebut menjabarkan jalur untuk membalikkan hilangnya alam selama dekade hingga 2030. Itu termasuk perubahan besar pada sistem pertanian dan pengurangan limbah makanan dan konsumsi berlebihan.
GBO mengatakan bahwa beberapa kemajuan telah dibuat untuk melindungi alam dalam dekade terakhir. Misalnya, laju deforestasi telah turun sekitar sepertiga dibandingkan dengan dekade sebelumnya.
Periode 20 tahun sejak 2000 telah menyaksikan peningkatan kawasan lindung dari 10% daratan menjadi 15%, dan dari 3% lautan menjadi setidaknya 7% saat ini. Namun di antara bahaya terhadap alam yang dirinci dalam laporan itu adalah berlanjutnya subsidi bahan bakar fosil, yang diperkirakan oleh penulisnya berada di kisaran USD500 miliar per tahun.
David Cooper, penulis utama penilaian GBO, mengatakan bahwa ada segmen masyarakat dengan kepentingan pribadi. Sehingga dapat mencegah pemerintah mengurangi dukungan untuk industri yang menyebabkan polusi.
"(Subsidi) berbahaya bagi keanekaragaman hayati dan dalam banyak kasus secara keseluruhan merugikan secara ekonomi dan sosial," ungkapnya.
Baca juga: Kematian Global Akibat Covid-19 Capai 936.095
Menanggapi penilaian PBB, Andy Purvis dari Departemen Ilmu Hayati di Museum Sejarah Alam Inggris, mengatakan hal itu mengejutkan bahwa dunia akan kehilangan semua 20 target perlindungan alamnya sendiri.
"Kita harus menyadari bahwa kita berada dalam keadaan darurat planet. Kalau kita jalani bisnis seperti biasa, kita semua akan gulung tikar. Bukan hanya spesies yang akan punah, tetapi ekosistem juga akan rusak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," tutupnya. (AFP/OL-6)
Ini tujuh cara kreatif untuk merayakan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian flora dan fauna.
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) diperingati setiap 5 November untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran flora dan fauna dalam ekosistem Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arif Nurkanto.
SAHARA adalah gurun panas yang membentang sepanjang Afrika Utara. Panjangnya sekitar 3.000 mil dan membentang dari Laut Merah di timur hingga Samudra Atlantik di barat.
Perkembangan hewan ada tiga bagian yaitu perkembangan langsung, metamorfosis tidak sempurna, dan metamorphosis sempurna. Ingin tahu lebih jauh tentang perkembangan hidup hewan?
Perkembangbiakan hewan dibagi menjadi dua cara, yaitu vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Untuk lebih jelas terkait perkembangbiakan pada hewan, simak tulisan berikut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved