Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Boikot Produk Israel Harus Mendunia

MI
10/3/2016 08:27
Boikot Produk Israel Harus Mendunia
(ANTARA/Eric Ireng)

PEMBOIKOTAN produk-produk Israel dari permukiman ilegal yang dikuasai di Jerusalem seharusnya tidak hanya dilakukan oleh negara anggota Organisasi Kerja Sama Negara Islam (OKI). Langkah itu juga harus diikuti negara lainnya di seluruh dunia demi terwujudnya kemerdekaan Palestina.

"Dalam Deklarasi Jakarta kemarin (7/3), kita mengimbau masyarakat internasional untuk mendukung boikot produk Israel karena kalau hanya OKI, tidak akan efektif," kata Dirjen Multilateral Kementerian Luar Negeri Hasan Kleib di Jakarta, kemarin (Rabu, 9/3).

KTT Luar Biasa OKI di Jakarta (6-7/3) menghasilkan dua dokumen, yakni Resolusi dan Deklarasi Jakarta. Dalam Deklarasi Jakarta, tercantum 23 poin upaya pembebasan Palestina. Salah satu poinnya ialah pemboikotan produk Israel dari wilayah ilegal.

Hasan yakin dengan memboikot produk hasil pertanian dan perkebunan di kawasan permukiman ilegal akan mengurangi jumlah penduduk Israel yang berkeinginan tinggal di tempat itu. Pemerintah Israel memberi insentif kepada warganya yang tinggal di permukiman ilegal untuk dapat leluasa melakukan usaha pertanian atau perkebunan.

Mengenai produk-produk dari permukiman ilegal, Hasan mengatakan sudah diidentifikasi. "Negara di kawasan Timur Tengah lebih mengerti, bahkan sekarang di Uni Eropa sudah ada labelnya. Di sana, semua negara diminta memboikot produk yang dihasilkan dari permukiman ilegal."

Hasan mengatakan boikot itu sebenarnya sudah ada sejak KTT OKI pada 1980-an. Namun, Israel terus membangun permukiman di wilayah Palestina. "Maka harus ditekan terus. AS juga tidak mendukung ini. Mereka ingin semua (bangunan) dibongkar," tuturnya.

Berdasarkan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jerusalem Timur nantinya akan dijadikan ibu kota Palestina. Namun, Israel terus-menerus mendirikan ribuan permukiman ilegal di kawasan itu.

Pada bagian lain, meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, jalur perdagangan dari negara itu ke Indonesia ada, tetapi jumlahnya tidak signifikan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor-impor kedua negara pada 2015 hanya senilai 0,001%. "Pada 2015, ekspor kita ke Israel US$116 juta ke Israel sementara untuk impornya US$77 juta," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadibowo kepada Media Indonesia saat dihubungi, kemarin.

Sasmito menjelaskan nilai itu relatif kecil dari jumlah keseluruhan ekspor-impor Indonesia. "Ekspor kita pada 2015 sebesar US$150 miliar," terangnya. Lebih detail lagi, barang yang diimpor dari Israel itu ialah kebutuhan industri bukan untuk rumah tangga.

"Paling banyak kondensor, mesin kondensor mirip-mirip AC, kemudian turbin kecil di bawah 40 megawatt, besi-besi tua yang tidak terpakai di sana untuk bahan industri kita," paparnya.

Menurut Sasmito, tentang masuknya barang-barang Israel karena ada negara ketiga yang mendistribusikan ke Indonesia. Negara ketiga paling dekat dengan Indonesia yang menjadi distributor produk Israel ialah Singapura. Negara itu selain ada hubungan dagang resmi dengan Israel juga memiliki hubungan diplomatik. (Aya/Adi/X-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya