Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

AS Cabut Izin Penggunaan Darurat Hidroksiklorokuin

Nur Aivanni
16/6/2020 09:37
 AS Cabut Izin Penggunaan Darurat Hidroksiklorokuin
OTORISASI penggunaan darurat dari obat anti-malaria hidroksiklorokuin sebagai pengobatan untuk virus korona telah dicabut oleh FDA.(AFP)

OTORISASI penggunaan darurat dari obat anti-malaria hidroksiklorokuin sebagai pengobatan untuk virus korona telah dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).

FDA mengatakan bahwa bukti baru dari uji klinis menunjukkan bahwa tidak lagi masuk akal untuk percaya bahwa obat itu akan menghasilkan efek antivirus.

Dikutip dari BBC, pada Maret, FDA mengizinkan penggunaan darurat obat tersebut untuk beberapa kasus serius.

Tetapi, pada Senin (15/6), badan tersebut mengatakan studi klinis menunjukkan bahwa hidroksiklorokuin tidak efektif dalam mengobati virus yang mematikan itu dan gagal menghentikan infeksi di antara mereka yang terpapar.

Baca juga: Kasus Covid-19 Global Lampaui Angka 8 Juta

Menanggapi keputusan FDA tersebut, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia sebelumnya minum obat tersebut tanpa efek samping.

"Saya meminumnya dan saya merasa baik. Saya tidak bisa protes soal itu, saya meminumnya selama dua minggu, dan saya di sini, kita di sini," katanya kepada wartawan pada Senin.

Trump mengatakan bahwa banyak orang mengatakan kepadanya bahwa obat itu telah menyelamatkan hidup mereka.

Pada Mei, Trump mengungkapkan bahwa ia menggunakan obat itu setelah beberapa orang di Gedung Putih dinyatakan positif terkena virus korona.

Sebelumnya, uji coba penggunaan obat tersebut sempat dihentikan ketika sebuah studi yang diterbitkan dalam The Lancet mengatakan bahwa obat tersebut meningkatkan kematian dan masalah jantung pada beberapa pasien.

Itu mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lainnya untuk menghentikan uji coba penggunaan obat tersebut karena masalah keamanan.

Namun, The Lancet kemudian menarik kembali studi tersebut ketika ditemukan memiliki kekurangan serius dan WHO telah melanjutkan uji coba penggunaan obat tersebut. (BBC/A-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik