Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
MENGHIDUPKAN hewan yang telah punah tidak hanya tersaji di film Jurassic Park.
Di kehidupan nyata, para peneliti di Afrika Selatan, berhasil membawa kembali salah satu spesies yang telah hilang dari peradaban lebih dari 100 tahun lalu, quagga.
Quagga merupakan kerabat zebra.
Hampir serupa dengan saudaranya, Quagga memiliki setrip hitam putih di tubuhnya.
Bedanya, belang-belang yang dimiliki hewan dari Family Quidae itu hanya terdapat di bagian depan.
Quagga punah pada abad ke-19.
Populasi mereka dibantai habis oleh para pemburu Eropa yang bermukim di Benua Hitam itu.
Quagga terakhir mati di Kebun Binatang Amsterdam pada 1883.
Setelah satu abad abstain dari kehidupan, hewan asli Benua Afrika itu memulai lembaran baru.
Semua berawal dari ide gila mendiang Reinhold Rau pada 30 tahun silam.
Bermodal sampel DNA Quagga dari Museum Afrika Selatan, warga negara Jerman kelahiran Afrika Selatan itu memulai bereksperimen yang disebut Proyek Quagga.
Setelah melalui lima generasi penelitian, para ilmuwan serta konservasionis dapat menciptakan kembali spesies tersebut.
Eric Harley, profesor patologi kimia dari University of Cape Town yang terlibat dalam Proyek Quagga mengatakan upaya tersebut ialah langkah untuk memperbaiki kerusakan ekologi.
"Ini juga upaya untuk mendapatkan lagi representasi dari hewan karismatik yang dulu pernah ada di Afrika Selatan," ujar Harley.
Untuk segala maksud dan tujuan, Harley menyebutkan, "proyek ini telah sukses sepenuhnya."
Beberapa pihak memang menganggap Proyek Quagga ialah sebuah keberhasilan.
Namun, tidak sedikit juga yang menolak eksperimen tersebut.
Mereka menyebutkan menghidupkan kembali hewan yang telah punah aialah perlawanan terhadap takdir.
"Saya pikir ada kontroversi di balik program ini," ujar Mike Gregor, yang juga terlibat dalam Proyek Quagga.
"Tidak semua ilmuwan akan setuju bahwa ini adalah hal yang baik."
Langkah menghidupkan kembali Quagga, lanjut Gregor, hanyalah upaya untuk menutupi kesalahan manusia yang terjadi pada masa sebelumnya.
Menanggapi kritikan yang datang, Harley mengatakan proyek tersebut ialah hal yang aman.
"Kami tidak melakukan rekayasa genetika. Kami tidak melakukan kloning, transfer embrio, atau hal-hal lain seperti itu," ucap Harley.
Dia juga mengatakan hadirnya Quagga baru di tanah Afrika tidak akan merusak eksosistem.
"Kami ingin mereka berada terpisah dari populasi hewan lain."
Jika dilepas di dunia luar, jelas Harley quagga akan bercampur dengan zebra.
Ini bisa menghapus hewan punah itu sekali lagi.
"Jika dikawinkan, karakter mereka akan kalah dari zebra masa kini," paparnya. (AFP/Andhika Prasetyo/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved