Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
HASAN Hasanovic merupakan salah satu orang yang selamat dari peristiwa pembantaian di Srebrenica saat tentara Serbia yang dikomandoi Jenderal Ratko Mladic melakukan pembantaian Juli 1995.
Ia, ketika itu berusia 20 tahun, bersama laki-laki lain berusaha menjangkau Kota Tuzla yang berjarak 120 kilometer dari Srebrenica. Bersama 12 ribu laki-laki lainnya, mereka berjalan kaki berhari-hari melalui gunung dan hutan di tengah kejaran, teror, dan tembakan.
Dalam upaya menyelamatkan diri itu, hanya Hasan yang selamat. Lima orang lagi dalam keluarganya meninggal. Mereka ialah tiga saudara laki-laki Hasan, termasuk saudara kembarnya, ayah, dan paman.
"Saudara kembarku, Husein, termasuk yang menjadi korban. Aku kehilangan mereka," kata Hasan kepada Media Indonesia yang menemuinya bersama Dubes RI untuk Bosnia dan Herzegovina Amelia Achmad Yani di Srebrenica Genocide Memorial, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, pabrik baterai yang sempat menjadi tempat pengungsian para korban, kini menjadi museum. Letaknya tepat di seberang kompleks permakaman. Di museum itu terpajang sejumlah gambar dan foto peristiwa, mulai saat korban mengungsi hingga jenazah mereka ditemukan dan dimakamkan kembali di Srebrenica Genocide Memorial.
Ada juga ruang untuk menyaksikan dokumentasi video dan foto yang menceritakan nasib para korban, di antaranya proses para korban dieksekusi. Rekaman video memperlihatkan enam remaja ditembak. Namun, tentara Serbia terlebih dahulu menembak 4 orang, sedangkan dua lainnya diperintahkan mengangkat jenazah. Setelah selesai, barulah dua remaja terakhir menyusul ditembak.
Video lainnya memperlihatkan seorang ayah bernama Ramo Osmanovic berteriak memanggil putranya, Nermin, yang bersembunyi di hutan. Nasib yang dialami Ramo dan Nermin bahkan diabadikan dalam monumen patung karya pematung terkenal Bosnia dan Herzegovina, Masud Keco. Patung itu ditempatkan di salah satu taman di pusat kota Sarajevo sejak 2015.
Saat menjelang peringatan 11 Juli lalu, pemerintah RI melalui KBRI di Sarajevo memberikan bantuan sebesar 5.000 Bosna Mark atau senilai Rp40 juta guna mengganti kabel-kabel listrik dan lampu penerangan yang digunakan untuk upacara peringatan.
Dubes Amelia menyebut sering mengunjungi Srebrenica Genocide Memorial karena putri almarhum Jenderal Achmad Yani itu merasakan juga apa yang dirasakan oleh keluarga para korban pembantaian.
Pembantaian di Srebrenica mengingatkannya peristiwa pembunuhan ayahnya oleh Gerakan 30 September pada 54 tahun lalu.
"Mereka merasakan sakit, pahit, dan dendam. Seperti saya, ketika ayah saya dibunuh dengan kejam pada 1965," kenangnya. (Patna Budi Utami/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved