Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Kazakhstan Bisa Jadi Pintu Masuk Indonesia ke Eurasia

Achmad Maulana
24/9/2019 08:30
Kazakhstan Bisa Jadi Pintu Masuk Indonesia ke Eurasia
Wakil ketua DPD Darmayanti Lubis (tengah) mendapat penjelasan soal denah Nur Sultan dari Director of Astanagenplan Arseniy Dirozhkov.(MI/Achmad Maulana)

INDONESIA harus pandai mencari pasar baru untuk meningkatkan ekspor. Apalagi di tengah kondisi perekonomian dunia yang belum stabil.

Salah satu negara yang dianggap punya potensi untuk digarap yakni Kazakhstan. Negara pecahan Uni Soviet itu dinilai bisa menjadi pintu masuk bagi Indonesia untuk menetrasi pasar ke kawasan Asia Tengah dan negara-negara Eropa Timur.

Diungkapkan Duta Besar RI untuk Kazahstan Rahmat Pramono kepada wartawan di Astana, Senin (23/9), kebijakan pembangunan infrastruktur yang masif dan bersinergi dengan program One Belt One Road Tiongkok diprediksi akan mendorong negara itu terhubung secara ekonomi dengan Pasifik.

Selain itu, dengan cadangan minyak dan produksi gandumnya, Kazakhstan bisa menjadi sumber alternatif bagi keamanan dan pangan Indonesia.

Baca juga: Indonesia Serukan Aksi Iklim Harus Konkret dan Realistis

Jumlah penduduk Kazakhstan yang sekitar 17,5 juta jiwa dan GDP per kapita terbesar di Asia Tengah bisa jadi potensi untuk tujuan ekspor dan meningkatkan pariwisata.

"Harus diakui hubungan dagang kita dengan Kazakhstan belum terlalu besar. Meski begitu, dari Januari sampai Juli, perdagangan kita tercatat masih suplus. Ekspor kita ke Kazakhstan baru berupa ban, elektronik, dan bahan kimia. Sebaliknya kita mengimpor turunan minyak," cetus Rahmat.

Meski begitu, ia percaya hubungan kedua negara masih bisa ditingkatkan lagi. Hanya memang dibutuhkan komitmen pemerintah.

Sebab bagaimanapun Kazakhtan yang merupakan salah satu anggota EAEU (Eurasian Union of States) bersama Rusia, Belarus, Kyrgyzstan, dan Armenia, punya kesamaan dengan Indonesia, yakni punya penduduk Muslim yang besar.

Dengan kesamaan itu, sejatinya Kazakhstan bisa menjadi pintu masuk bagi Indonesia ke negara-negara Eurasia.

"Dengan jumlah penduduk EAEU yang sebesar 183,8 juta dan GDP US$1,9 triliun tidak mengherankan jika beberapa negara sudah menjalin Free Trade Area dengan Kazakhstan, yakni Vietnam, Iran, dan Tiongkok."

"Karena itu, kita harus bergerak cepat jika tidak mau tertinggal," ujarnya.

Pada bagian lain, Wakil Ketua DPD RI Darmayanti Lubis mengaku menyambut baik undangan parlemen Rusia untuk bertemu di Nur Sultan, Kazakhstan, Senin (23/9).

Ia menyebut pertemuan itu guna mematangkan MoU yang dilakukan pada 2017 silam.

Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan dengan Parlemen Rusia itu, kata Darmayanti, terkait rencana Rusia yang akan membangun KA dan listrik tenaga nuklir di Kalimantan.

"Kita bergarap ada SDM yang ditingkatkan. Diharapkan kuota beasiswa ke Rusia bisa ditingkatkan,” ujarnya.

Dari sisi keuangan, Bank Central Rusia dan Indonesia juga diharapkan bisa menyamakan persepsi ke depan. Sehingga kerja sama ekonomi bisa berlanjut.

"Kita akan sama-sama mengawal kerja sama ini agar bisa terealisasi pada 2021. Diharapkan kehadiran Presiden Vladimir Putin ke Jakarta pada Februari 2020 mendatang bisa memuluskan upaya itu.”

Deputy Speaker of the Federation Council of the Russian Federation, Illiyas Umakhanov menyambut baik upaya itu.

"Kita mengetahui toleransi keagamaan menjadi hal yang penting dan rawan. Saya ingin mengajak Indonesia untuk aktif dalam masalah ini,“ ungkapnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya